Jumat, 14 Mei 2010

Tentang Mozaik Yang Tercipta di Bali


Pre Departure Orientation. Begitu nama kegiatannya. Entah bagaimana mengartikannya kedalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Intinya, di sini kami dikumpulkan mulai dari Aceh hingga Papua lalu diberi berbagai macam bekal agar kami mengetahui banyak hal tentang Amerika dan tentunya agar kami tak mengalami culture shock yang berlebihan jika nantinya tiba di negeri bernama Amerika.

Kegiatan ini pula yang akhirnya mempertemukan kami. Para peserta CCIP yang selama ini hanya berkenalan melalui dunia maya. Maka saat inilah kami mampu melihat lebih dekat dan berbicara langsung tampa perlu bantuan koneksi internet serta tuts tuts keyboard computer lagi.

Sesungguhnya banyak hal dan pengalaman berharga yang kudapatkan dan mereka dapatkan. Bagiku, tinggal di hotel berbintang serta merasakan mandi di dalam bath up dalah hal pertama dalam hidupku. Sedang bagi kami, disini kami menyadari betapa indahnya suatu kebersamaan, Bahwa kami memiliki mimpi yang sama, dan betapa banyak hal yang perlu kami persiapkan sebelum menginjakkan kaki di negeri orang.

Dan tentunya, tentang usaha agar kami nantinya bisa menjadi the next Anies Baswedan. Salah satu alumni Fulbright yang terpilih menjadi satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi Majalah Foresight.Dimana beliau disejajarkan dengan Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin serta Presiden Venezuela, Hugo Chavez. Aku jadi teringat ucapan pak Anies, “You are the brightest of the brightest”. And I am gonna make it true sir.

Sayangnya, aku harus gigit jari dan banyak kehilangan momen dikarenakan tak memiliki kamera. Iri rasanya melihat teman-teman yang lain yang bisa memiliki banyak foto. Jadi iri rasanya gak memiliki kamera.

Satu hal yang pasti, it must be a great moment for us. Hari-hari yang akan kami kenang sepanjang hidup kami. Bukan hanya aku pastinya. Namun juga semua anak-anak peserta CCIP tahun ini. Seperti lagunya Project Pop. Jika tua nanti kita telah hidup masing-masing, ingatlah hari ini.

Inilah sebuah mozaik dalam hidup kami. Sebuah mozaik yang tercipta dari rangkain momen dalam hidup ini. Sebuah mozaik kehidupan yang tercipta di Bali. Mozaik tentang kita dan PDO kita. Tentang bikini, tentang Jony, tentang Hawaii, tentang apapun itu di hati. Ingatlah hari ini.

See ya’ll guys in USA!!!!!

Selasa, 11 Mei 2010

Bali, Aquí Estoy

Siapa yang tidak kenal Bali. Kemasyhuran pulau ini bahkan telah lama terdengar di luar negeri. Bahkan, saking terkenalnya, Bali bahkan lebih terkenal dari negerinya sendiri, Indonesia. Maka jangan heran jika suatu saat kamu bertemu seseorang yang mengaku tak pernah ke Indonesia, namun pernah menghabiskan waktu hingga sebulan di pulau Bali.

Dan akhirnya, di umurku yang ke 22 ini, sampai jualah aku di pulau ini. Pulau yang selalu disebut sebagai Hawaii nya Indonesia. Dan bohong jika kemudian kutakan kalau pulau ini tak indah.

Satu hal yang unik di sini. Akan sangat mudah bagi kita untuk menemukan wisatawan mancanegara. Mulai dari yang anak muda hingga yang sudah tua. Mulai dari yang berbikini di pantai hingga yang berbikini di jalan raya. Intinya, tinggal di Bali, feels like in other country.

Meski hanya menghabiskan waktu di Sanur, Denpasar. Namun waktu yang singkat itu telah menunjukkan kepadaku uniknya Bali. Perpaduan antara nilai tradisi bali dan cara hidup ala Barat. Bali es bella, very unique and beautiful.

Satu saat nanti aku akan kembali.

Senin, 10 Mei 2010

On a Jet Plane to Bali Island

Well, this is the third times aku akhirnya bisa naik pesawat. Dua lainnya beberapa bulan yang lalau saat menuju ke Jakarta dan sekembalinya dari sana. Jadi gak heran kalau perasaan deg degannya gak lagi seperti waktu pertama dulu. Gak musti ada perasaan canggung lagi. Gak perlu lagi ada senyum cengar cengir kegirangan. Rasanya, betul-betul udah seperti berkali-kali naik pesawat. Dasar.

Good pointnya. Aku akhirnya dapat kesempatan duduk di samping jendela. And really, it’s a great view outside there. Didukung oleh cucaca yang sanagt mendukung. Aku akhirnya bisa puas menyaksikannya indahnya dunia dari atas. Betul-betul. Tak kan ada yang mampu menyaingi kekuasaan Tuhan.

Another good point, pesawat ini membawa kami ke Bali. Por primera vez en mi vida, estaré en la isla de Bali. Gracias a Dios. Usted me da esta gran oportunidad. Bali...I am coming.

Untuk sementara, setidaknya bisa menghilangkan segala rasa takut dan dan kegalauan yang ada dalam diri. Semoga.

Di atas pesawat yang membawaku dari Makassar menuju Denpasar, Bali

Rabu, 05 Mei 2010

Asa Itu Masih Ada

Dalam keadaan putus asa, kuputuskan untuk mengirimkan e-mail kepada pihak penyelenggara beasiswa. Dalam hal ini Mbak Adeline. Kuceritakan semua masalahku kepadanya. Termasuk ketakutanku jika nantinya tidak lulus program ini. Dan betapa senangnya saat aku menerima balasan email darinya.

Dear Syamsul,

Apa yang anda lakukan sekarang yaitu mendapatkan perawatan dari dokter adalah hal yang terbaik yang dapat anda lakukan. Demikian juga dengan menjaga kondisi anda sebaik-baiknya. Anda boleh menyerahkan hasil medical checkup anda pada saat PDO nanti kemudian menyusulkan hasil pengobatan TB anda kalau sudah waktunya. Saya akan mengkonsultasikan masalah ini pada pihak Amerika. Apabila nanti pada saat anda berangkat, anda masih dalam perawatan, tergantung dari keputusan pihak sponsor Amerika apakah anda boleh mengikuti program sambil berobat jalan dengan resep dari dokter anda atau anda harus mengambil perawatan di Amerika dengan asuransi tambahan. Sebaiknya kita tunggu saja hasil perawatan yang sedang anda jalani sekarang.

Salam, Adeline

Bukan hanya lewat e-mail Ibu Adel bahkan menelpon saya. Tersirat dari jawabannya bahwa kesempatan itu tetap terbuka buatku. Kepastian ke Bali pun menjadi sangat jelas.

Ucapan terima kasihku pun tak lupa kupersembahkan buat dia. Dia yang kuanggap kekasih dan selalu mensupportku meski hubungan kami dalam masalah.

Dan ternyata, Asa itu masih ada.

Sabtu, 01 Mei 2010

God, I Need Miracle

Fonis dokter membuatku betul-betul hopeless. I’m totally down, down, down. Baru kemrain rasanya senang-senang karena dapat info kelulusan. Gak nyangka sekarang dapat info yang kayak gini.

Dan demi menjaga asa untuk tetap lolos, aku berobat ke dokter spesialis. Saking semangantnya ngasih obat. Sang dokter ngasih obatnya kebanyakan. Sangat banyak malah. Bukan cuman itu, aku jadi sangat aktif minum kelapa muda. Macam wanita hamil yang minum kelapa muda biar bisa dapet anak yang kulitnya putih.

Aku juga harus merasakan anehnya obat traditional. Meminum minuman yang dibuat dari akar dan batang-batang pohon. Plus meminum obat-obatan herbal yang jadi mual kalau ingat harganya.

To be honest. Aku betul-betul takut. Takut gak lolos program ini. Apalagi jika mengingat persoalan kesehatan adalah masalah sensitif di negerinya Obama.

Kalau sudah begini. Satu-satunya tempat yang tepat untuk mengadu hanyalah Tuhan. Dios, esto es tan difícil para mí. Necesito milagro. God, I need miracle.

Rabu, 28 April 2010

Shit, I Got TB

Mungkin gara-gara keseringan mengucapkan shit setiap disuntik, hasil check up kesehatan aku menunjukkan kalau aku menderita penyakit TB.

Terang aja aku panik. Apalagi selama ini aku merasa baik-baik aja. Dan untuk memastikannya, akupun segera menghadap si dokter spesial paru-paru. And it’s really holy shit. Soalnya, setali tiga uang, sang dokternya pun mengatakan hal yang sama. Aku menderita old active TB. Yang artinya, aku ternyata udah lama mengidap TB. Gila….

Bahkan sang dokter pun kebingungan. Apalagi fisik aku baik-baik aja plus aku bukan perokok. Namun pas sang dokternya nanyain soal keluar malam. Aku angkat tangan. Bukan hanya keluar malam. Aku bahkan sering olahraga malam. Soalnya pertandingan basket di Makassar diadakannya malam hari.

Untuk sejenak aku jadi teringat teman-teman se tim basketku. Semoga saja mereka gak mengidap penyakit yang sama denganku gara-gara ngikut pertandingan basket malam-malam yang ujung-ujungnya selalu kalah. Ups

Selasa, 27 April 2010

Aku Minum Aku Pipis, Aku Disuntik Aku Meringis

Medical Check up atau yang bahasa Indonesianya adalah cek kesehatan adalah hal wajib yang harus dan kudu musti dilakukan setelah pengumuman keluusan itu diterima. Ada banyak macam pemeriksaan serta beberapa macam vaksinasi yang harus dilaksanakan. Yang artinya adalah, aku harus bertemu dengan jarum-jarum suntik yang sesungguhnya aku sangat membencinya.

Pemeriksaan urine yang aku dan teman-teman lakukan justru terasa sedikit aneh. Itu karena demi mendapatkan urine yang jernih, kami harus meminum banyak air. So, wajar jika kemudian, gara-gara kebanyakan minum maka pipisnya gak mau berhenti. Jadi teringat kata pepatah. The more you drink. The more you urine.

Untuk suntiknya sendiri, entah berapa kali aku mendapatkannya. Beberapa suntikan di lengan, termasuk jarum yang ditusukkan saat pengambilan darah serta suntikan di bagian pantat yang sakitnya aku bawa hingga tiga hari. Untuk yang ini aku jadi teringat kata pepatah lagi. The more I get injected, The more I say Shit.

Selasa, 20 April 2010

Bhineka Tunggal Ika

Ada pelajaran dan pengalaman yang sangat sangat berharga yang aku temukan selama proses menunggu pengumuman beasiswa. Cita-cita yang sama untuk sekolah di sebuah negeri bernama Amerika serta perasaan menunggu membuat kami para peserta CCIP menjadi lebih dekat satu dengan yang lainnya. Terlebih sejak forum CCIP terbentuk

Beban yang terasa karena harus menunggu dalam waktu yang lama dapat teratasi karena akhirnya tahu bahwa perasaan itu tidak dirasakan sendiri. Rasa takut karena tidak lulus pun bisa dibagi. Dan kini, saat berita bahagia itu datang. Maka kebahagiaan itupun dapat dirasakan bersama.

Meski tak pernah bersua secara langsung. Dan meski kami berasal dari berbagai latar belakang, suku, agama yang berbeda-beda. Kami membuktikan bahwa kami bisa akur, bahagia, dan mampu berbagi.

Kutemukan keragaman Indonesia disini. Ada makna Bhineka Tunggal Ika yang tercipta. Disinilah indahnya perbedaan. Saat kita mampu saling memahami, menghargai, serta mampu berbagi meski kita tahu bahwa kita berbeda.

Kamis, 15 April 2010

Finally, I Made it

Akhirnya, setelah menanti beberapa lama. Pengumuman itu datang juga. Pengumuman tentang nasibku, dan juga tentang masa depanku. Pengumuman tentang kelulusanku mendapatkan sebuah beasiswa ke Amerika.

Gak terbayang betapa senangnya perasaan itu. Hanya ucapan syukur yang tak henti-hentinya kuucapkan hari ini. Tak lupa ucapan terima kasihku buat ibu yang tak henti-hentinya mendoakanku.

It’s paid of. Terbayar sudah penantian itu. Semua usaha dan rentetan kegagalan yang dulu pernah kudapatkan seakan terjawab. Tuhan memang mendengar doa kita. Dia tahu dan Dia menunggu. Makasih banyak Tuhan.

Untuk sejenak aku berfikir. Amerika is getting closer

Senin, 22 Maret 2010

Senang Setengah Hati

Siang itu saat bersiap menikmati indahnya tidur siang di balkon rumah. Handphoneku berdering. Nomernya pun tidak dikenal. Namun sepersekian detik kemudian segeraku melonjat saat menyadari kalau kode daerahnya menunjukkan kota Jakarta. Lalu dengan sigap kuangkat telepon tersebut.

Dengan Syamsul Arif Galib???. Ujar suara diseberang sana

Iya. Jawabku.

Ini dari pihak Aminef. Saya mau konfirmasi apa Anda masih berminat untuk mengikuti program ini???

Masih sangat mau pak. Jawab saya.

Kalau begitu, silahkan tunggu kabar gembira dua minggu dari sekarang. Makasih

Dan telepon pun ditutup. Saya terdiam. Lalu senyum-senyum. Ahirnya telepon itu datang. Tapi kok masih kayak belum jelas. Masih perlu dua minggu lagi buat nunggu kabar gembiranya. Namun setidaknya ada kejelasan. Semoga ini pertanda baik. Aku senang. Namun hanya senang setengah hati.

Sabtu, 20 Maret 2010

Menunggu...

Semua pasti sepakat. Bahwa menunggu adalah hal yang sangat menggemaskan bahkan terkadang membosangkan. Apalagi jika yang ditunggu itu adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Termasuk pengumuman beasiswa.

Sepanjang penantian, hati ini dag dig dug gak karuan. Menunggu datangnya sebuah telepon ataupun email yang melegakan jiwa. Bayang-bayang kelulusan adalah ekpestasi tertinggi. Dan kuyakin aku tidak merasakannya sendiri. Di sana, dari sabang sampai merauke. Dari Medan hingga Papua, ada lima puluhan orang lainnya yang merasakan hal yang sama denganku. Menunggu pengumuman ini.

Kalau sudah begini, aku hanya bisa berdoa dan berdoa. Semoga saja aku dan teman-teman lainnya bisa lulus. God, help us please. Aku ingin lolos. Aku ingin ke Amerika.

Selasa, 16 Maret 2010

Drama Cinta Pertama

Aku pernah begitu sangat bangga. Bahkan sangat dan sangat bangga. Saat seseorang kucintai datang kepadaku dan mengatakan kalau aku adalah cinta pertamanya. Kupikir itu adalah hal yang sangat indah. Membayangkan bahwa engkau adalah orang yang pertama kalinya mengajarkannnya akan cinta, lalu mengisi hatinya dengan cinta sungguh sangat menentramkan. Tak ada cinta yang lain di hatinya selain dirimu, apalagi, cinta pertama tak akan pernah mati. Setidaknya itu yang dikatakan orang.

Namun akupun pernah menjadi orang yang sangat merana di dunia. Saat kekasihku datang dan mengatakan kepadaku bahwa aku bukanlah cinta pertamanya. Bahwa ada lelaki lain di hatinya sebelum dia bersamaku, dan bahwa lelaki itu masih jelas dalam ingatannya hingga kini. Aku betul-betul terluka karenanya.

Cinta pertama memang indah. Tak kan pernah lekang oleh waktu yang terus berputar. Kenangan tentangnya akan tetap rapi bagi setiap insan yang merasakannya. Sungguh beruntung mereka yang menjadi cinta pertama orang yang dikasihinya. Sayang aku tak merasakannya.

Selasa, 09 Maret 2010

Meski Gigimu Bukan Harimaumu

I have to tell it. Itu yang aku pikirkan pas cek ke dokter gigi. Karena ternyata, bukan hanya mulut yang perlu dijaga. Gigipun harus dijaga, meski orang gak pernah bilang: Jagalah Gigimu, Karena Gigimu adalah Harimaumu.

Yup, seminggu ini terpaksa aku bolak-balik ke dokter gigi. Ini gara-gara si gigi graham yang baru tumbuh ternyata bocor. Mengakibatkan rasa sakit aneh yang orang sebut sakit gigi. Kubilang aneh karena yang sakit justru di kepala, leher dan pipi. Bukan di Gigi.

Udah coba obat-obatan sampai pijat titik-titik tertentu. Rasa sakitnya gak hilang-hilang juga. That’s why, aku putuskan. Harus ke dokter buat nambal si gigi. And here’s the problem. Biayanya ternyata gak murah. Sampai setengah juta gitu dan itupun harus check up lagi beberapa kali. Hups, cuman bisa narik nafas dalam-dalam.

For y’all, jaga deh itu gigi baik-baik. Remember, jangan makan makanan panas terus minuman dingin. I know it’s hard. Dimana-mana kan menunya memang begitu. Terus, percuma sikat gigi sampai 5 kali kalau kamu gak sikat gigi di malam hari. Dan ingat, kalau sudah sikat gigi di malam hari kita gak boleh makan lagi. Once again, I know it’s hard. Apalagi buat saya yang waktu tidur malamnya gak jelas dan bisa makan kapan saja. 

One thing for sure, toothache is really painful.

Kamis, 04 Maret 2010

Makassar Memanas Lagi

Hari ini Makassar kembali memanas. Bukan hanya karena mataharinya, namun juga karena situasinya. Demonstrasi besar-besaran mahasiswa yang kutaksir mencapai seribu orang.

Mahasiswa menutup jalan dengan mobil yang mengakibatkan kemacetan yang luar biasa. Mereka pun turut terpancing melakukan pengrusakan atas pos polisi. Namun sesungguhnya hal itu terjadi karena dipicu penyerangan dan pengrusakan pihak polisi kepada sekretariat HMI cab. Makassar.

Saya bukan aktifis HMI yang sering turun ke jalan. Bahkan tidak pernah. Namun sebagai kader HMI, hal ini sungguh melukai perasaan. Disana kami pernah duduk bersimpuh, bermalam, berdiskusi dalam suatu kegiatan bernama Basic Training. Ditempat itu banyak sejarah. Disana JK pernah ada. Dan disana pula banyak tokoh-tokoh yang pernah lahir. 

Tidak heran kalau kemudian penyerangan ke kantor HMI dikecam oleh mereka yang pernah menitipkan sedikit memorinya disana. Mulai dari Professor hingga yang belum punya pekerjaan. Saya yakin banyak teman-teman yang terketuk hatinya. Hal yang tidak mungkin dirasakan oleh mereka yang tidak pernah ikut Bastra .

Untuk bentrokan kemarin. Saya berani sumpah. Bukan mahasiswa yang memulai pelemparan. Karena saya berada tepat ditengah kejadian. Saya menduga, ada upaya pembenturan antara mahasiswa dengan "warga". Karena yang ikut bergabung dengan mahasiswapun ada warga.
Segalanya memang harus disikapi secara arif. Hati boleh panas. Namun sikap tetap dingin. Semoga tidak ada lagi kejadian memalukan seperti ini. Semoga Makassar tidak lagi dicap sebagai kota demonstra. Semoga

Yang menjengkelkan, sudah capek-capek ambil gambar eksklusif dengan handphone hingga harus berlari menghindari batu dan merasakan betapa pedisnya gas air mata. Gambar yang dihasilkan ternyata sangat kecil. Aku baru sadar kalau handphone saya ternyata masih berkamera VGA. Capek deh…….

Kamis, 25 Februari 2010

Married oh Married

Bagiku, proses pacaran seharusnya bermuara pada pernikahan. Dan kuharap orang lain pun berfikiran yang sama. Maka tidak heran, meski di umur yang baru 22 tahun dan tanpa pekerjaan tetap, kata “married” sudah terngiang. Tapi tentunya bukan dalam waktu dekat ini.

Anehnya, tiba-tiba saja keluarga membicarakan aku dan sebuah rencana tentang married. Ini semua gara-gara mereka tahu kalau kita berdua daftar beasiswa yang sama ke Amrik. Mareka jadi khawatir bagaimana kalau seandainya kami disana. Tinggal satu rumah padahal gak ada hubungan apa-apa. C’mon fam. We ain’t passing the selection yet. Kok pikirannya dah kesana.

Aku memang ingin menikah, apalagi jika mengingat masa pacaran yang udah lama. Teman-teman dan dosen juga udah nanya-nanya. Tapi kan menikah gak semudah membalikkkan telapak tangan. Apalagi adat disini yang mewajibkan banyak hal.

Terkadang orang bilang, apa sich susahnya menikah?? Jangan jadikan uang sebagai masalah. Kalau ada uang 20 juta, mari beli sapi. Kalau ada 10 juta, mari beli kambing. Kalau ada 5 juta, beli ayam pun gak apa-apa. Kalau cuman 500 ribu, kan bisa beli pisang goreng.

Maried, oh Married. Tunggu aja tanggal mainnya.

Senin, 22 Februari 2010

I Think I Need a Job

Saat kuliah dulu, seringkali kami mengeluh. Ah, susahnya jadi mahasiswa. Namun tahukah kau kawan. Lebih susah lagi menjadi seorang sarjana. I swear, it’s really hard. Bagi yang belum sarjana, kamu akan merasakannya.

Aku merasakannya sekarang. Meski udah sempat ngajar dikit-dikit. But, orang gak ngakuin itu sebagai sebuah hal yang betul-betul bisa dikata pekerjaan. Mungkin karena aku dapat gajinya nanti sekitar 3 sampai 6 bulan sekali. Apalagi kalau lagi libur macam sekarang. I ain’t no job anymore. Kerjaannya keluyuran saja. Kesana kemari. Jalan-jalan

Meski hal ini udah jadi sesuatu yang lumrah. But to be honest, I am really over pressured. Gimana bisa hidup mandiri kalau gini. Udah sarjana gak punya kerja. Apa kata dunia???

Aku jamin, orang pasti bakal pada kaget kalau bertanya tentang kegiatanku sekarang. Sibuk apa nih??? Aku jawab sibuk jalan. Kerjaanya apa sekarang??? Biasa, nonton, baca buku, bermimpi dan berhayal. Ah, nasib sarjana.

I just hope that it’s getting better day by day. Now on, I just think that I need a Job. Really, I need a job

Jumat, 19 Februari 2010

Berharap Bisa Jadi Penulis

Mumpung lagi gak ada kerjaan aku. Ane konsen ke nulis. Targetnya, semoga sehari ada aja tulisan yang bisa aku hasilkan. Terlepas itu cerpen, opini, atau apalah yang lainnya. Intinya, aku kepingin nulis, nulis, dan nulis.

Keinginan jadi penulis muncul pas kuliah. Namun bibitnya muncul waktu SMA. Waktu itu aku jadi penulis puisi .Hampir setiap mading mucul, puisi aku ada di dalamnya. Selain itu, aku juga jadi penulis surat cinta buat temen-temen yang membutuhkannya. Jadi kalau misalnya ada temen yang suka cewe atau udah punya pacar terus mau ngirim surat kepacarnya, biasanya aku yang buatkan. Aneh

Menjelang tahun terakhir kuliah. Keinginan jadi penulis aku kumat. Apalagi pas liat cerpenku dimuat di salah satu surat kabar ternama di Makassar. And now, ada satu penyakit aneh yang aku derita. Setiap aku ke Gramedia. Selalu saja terbayang kalau nanti buku-buku hasil karyaku terpajang disana. Terkadang, aku datang ke Gramedia hanya untuk menemukan perasaan itu. Bukan untuk membeli buku.

Pertanyaanya, apakah menjadi penulis itu adalah pekerjaan??? Aku belum pernah menemukan ada orang yang di KTP nya tertulis jenis pekerjaannya adalah Penulis. Biarlah. Aku tak perduli. Satu yang pasti. Satu saat nanti, aku ingin betul-betul punya buku yang dipublikasikan. Aku berharap bisa jadi penulis. Amin.

Jumat, 22 Januari 2010

CCSIP-Did I Make it???

Sore selepas bermain basket, dengan badan penuh teringat kubuka e-mailku. Beberapa e-mail baru masuk. Kenbanyakan notifikasi dari facebookku. Namun kemudian mataku tertuju pada sebuah e-mail berjudul 2010 CCSIP Nominated Candidates. Segera kubuka e-mail tersebut. Hasilnya…

Percaya gak percaya, aku membaca email itu. Meski berbahasa Inggris, kucoba menangkap inti dari surat tersebut. Intinya, aku dinominasikan untuk mengikuti program Community College 2010. Final selection dilaksanakan di Washington DC. Aku berteriak kegirangan. Syukur luar biasa. Sujud syukurku kepada Yang Kuasa. Tak lupa segera kujabat tangan ibu. Makasih atas doanya.

Segera kutelpon Thia. Wanita yang selama ini menjadi kekasihku. Dia pun ikut program ini. Diapun turut ke Jakarta untuk interview. Diseberang sana, suaranya terdengar senang meski sedikit agak tak percaya. Diapun dinyatakan lulus. Alhamdulillah, kuharap kebahagiaan ini tidak berhenti disini.

Pengumuman ini baru 90% dari pengumuman final. Kuharap yang 10% segera menyusul. Amin

Selasa, 12 Januari 2010

CCSIP-God, Make it Happened Please

Tak lama lagi. Itu yang aku selalu pikirkan ditiap harinya. Bagiku, bulan Januari adalah bulan penantian. Bulan ini, pengumuman peserta community college akan dilaksanakan. Harus aku akui, aku deg deg degan tiap harinya. Menunggu…menunggu…dan menunggu.

Kucoba sedapat mungkin mendekatkan diri kepada Tuhan. Aku yakin, semuanya bisa tercapai jika Tuhan mengabulkan doaku. Itulah mengapa aku begitu menghayati doa-doaku. Doa-doa yang meski dalam bahasa Indonesia namun kuyakin Tuhan memahaminya.

Dalam penantian itu. Setiap hari serasa final buatku. Jika malam berganti, maka esoknya kuharap pengumuman itu telah ada. Dengan namaku di dalamnya. Keinginan yang kuat itu merasuk hingga alam bawah sadarku dan bermain dalam mimpi-mimpiku. Kalau sudah begini, aku hanya berharap kepada Tuhan. God. Make it happened please

Sabtu, 02 Januari 2010

Target Baru di Tahun Baru

Kutengok daftar list targetku di tahun 2009. Aku tersenyum kecut. 32 target yang kubuat tahun lalu. Sangat banyak tentunya. Saat target itu kubuat setahun yang lalu, yang kubayangkan adalah hal-hal itu akan terjadi. Kenyataannya???

Dari 32 target, hanya ada 12 target yag tercapai. 20 target lainnya gak kesampaian. Kalaupun nyampai itu cuman setengah jalan. Tapi bukan berarti kuanggap diriku gagal. List itu adalah harapanku. Kalaupun harapan itu tak kesampaian aku tak harus putus asa. Aku harus tetap menatap kedepan. Jalanku masih panjang. Aku akan berusaha.

Satu hal besar dalam hidupku di 2009 adalah keberhasilanku mencapai gelar sarjana dan wisuda. Ahh, hidup begitu cepat berlalu. Baru kemarin, aku tinggal di kampong bersama nenek. Anak dekil SD itu kini telah sarjana.

Tahun ini, aku tidak kapok membuat list yang banyak lagi. Satu hal yang begitu kuidamkan. I’m going to USA plus punya buku ciptaan sendiri. Spanish??? Bahasa itu harus kukuasai tahun ini.

konro soup project /

My Colorful Life

My Colorful Life