Jumat, 31 Oktober 2008

Antara Bule dan Guru Humoris

Ga ada yang menyangkal kalo masukin judul skripsi termasuk salah satu dari sekian banyak hal menyusahkann dalam kuliah. Bayangin aja, kalo mau jujur, kita harus nemuin sebuah judul yang berbeda dengan judul-judul yang pernah ada. Belu lagi jika seandainya judul kita dianggap gak qualified lalu kemudian ditolak. Sakit hatinya bukan kepalang. Meskipun begitu, banyak juga kok mahasiswa instan yang ngambil judul skripsinya hanya dari skripsi senior lalu dengan lihainya membodohi pihak akademik.

Hukum tolak menolak judul ternyata gak berlaku buatku. Dua judul yang aku ajukan semuanya diterima. Dengan kata lain, aku memiliki kebebasan untuk memilih judul mana yang aku ingin jadikan skripsi. 

Judul pertamaku adalah “The Comparison of Grammar Understanding between the Foreigners and the Students of Seventh Semester at English Department of UIN Alauddin Makassar“ rencananya, disini nantinya aku bakalan meneliti sejauh mana kemampuan orang bule dalam memahami grammarnya bahasa Inggris. Takutnya, jangan sampai orang Indonesia lebih memahami grammar bahasa Inggris ketimbang orang bule itu sendiri. Padahal itukan bukan bahasa kita. 

Terus buat judul yang kedua “A Study about Humorous Teachers in Promoting Students to Communicate in English Classroom“ Kalo untuk judul yang ini, aku mau meneliti pengaruhnya guru yang humoris dalam pengajaran bahasa Inggris. Kalo penelitinnya terbukti bahwa guru humoris lebih memberikan effect positif dalam pembelajaran, maka aku berharap jangan ada lagi guru yang kerjanya hanya bisa marah dan marah.

Minggu, 19 Oktober 2008

Dampak Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global melanda dunia. Di Amerika dan juga Negara lainnya. Termasuk aku. Kok bisa. Entahlah, namun yang pasti aku juga kehabisan uang. Sampai-sampai untuk nutupin biaya si kuning plus perut yang seringkali maunya makan di warung aku harus minjam uang. Atau boleh dikata, nyelundupin uang.

Uang yang dikumpul ma teman-teman buat ngebayar buku piracy, aku gunain untuk kehidupan sehari-hari buat sementara waktu. Sampai kemudian gak sadar kalo uang yang udah disalah gunakan mencapai 250.000 rupiah. Padahal buku yang dibajak udah selesai dan udah mau diambil.

Pusing, panik dan juga bingung aku dibuatnya. Dan satu-satunya cara buat menangani masalah krisis financial ini adalah mecahin celengan yang selama ini aku isi. Pastinya, semuanya kulakuin dengan sangat berat hati. Tapi mau diapa lagi, cuman ini satu-satunya cara buat menstabilkan keadaan ekonomi hidupku.

Dan ritual itupun dimulai. Kubuka celengan penuh harapan itu dengan bantuan sebuah pisau dapur dan sebuah batu. Hasilnya, segepok uang berserakan saat celengan itu telah terbuka. Harapan untuk bisa ngelunasin uang ahirnya sedikit banyak terobati.

Perinciannya: 
• 1 lembar Rp. 50.000,-  
• 7 lembar Rp. 10.000,-  
• 17 lembar Rp. 5.000,-  
• 5 lembar Rp. 1.000,-  
• 60 keping Rp. 500,-  
• 1 keping Rp. 200,- 
• 2 keping Rp. 100,-

Kalo ditotalin, semuanya berjumlah Rp, 240.300,- Uang segini sebanarnya masih belum cukup. Untung aja aku punya simpanan lain sebesar Rp. 20.000,-

Aku senang bukan kepalang. Namun di satu sisi harus sedih karena kehilangan uang yang udah lama aku simpan. Aku jadi kapok karenanya. So, Do not borrow any money till you are really in need.

Sabtu, 18 Oktober 2008

Kuliah, Kuliah lalu Cari Ruangan

Setelah sempat libur dan berpisah ke kampoeng masing-masing. Anak-anak kembali masuk kuliah lagi. Masuk ke kampus di mana kami seharusnya menjadi mahasiswa yang dituakan karena faktor semester kami.

Yang jadi masalah, jadwal yang dulunya cuman Jum’at-Sabtu ditambah menjadi Senin sore dengan berbagai pertimbangan. Namun karena pertimbangannya gak matang, kita gak dapat ruangan buat belajar. Memalukan, sekumpulan senior terpaksa kesana-sini buat nyari ruangan yang ujung-ujungnya gak ketemu juga.

Walhasil, pelajaran pun dilaksanakan di halaman. Dengan ditonton junior-junior yang lalu lalang. Beralaskan rumput dan beratapkan langit tampa white board buat menulis. Pelajaran pun dimulai.

Kita memang fleksibel. Belajar dimana pun kami mau.



Sabtu, 11 Oktober 2008

Kepuasan dari Sebuah Cerpen

Butuh kerja keras untuk bisa mencapai cita-cita dan harapan. Tak peduli siapapun orangnya termasuk aku. Dan pada akhirnya, saat kamu mendapatkan hasil dari apa yang telah kamu harapkan itu, sebuah kepuasan penuh makna akan muncul dengan sendirinya.

Hal yang sama aku rasakan sat ini. Akhirnya, kepuasan penuh makna itu terasa saat melihat cerpenku kembali dimuat di Koran Fajar. Namun sesungguhnya tidak mudah untuk mendapatkan kepuasan itu. Aku sampai harus menunggu berbulan-bulan. Dan memasukkan lebih dari 4 cerpen. Serta mengantarkan karyaku sebanyak 2 kali ke kantornya FAJAR.

Kalo ditotal, ini sudah ketiga kalinya cerpenku dimuat. Yang Telah Berlalu, Mahasiswa dan Cum Laude, I Love My Love. Besar harapan kalo kedepannya akan banyak cerpen-cerpenku yang akan dipublikasikan. Mudah-mudahan saja aku bisa menjadi seorang penulis. Aku hanya bisa berharap. Namun tetap Tuhan yang kemudian menentukan. 

No body knows what will happen tomorrow, because tomorrow is still a mystery



Rabu, 08 Oktober 2008

Jadi Pelatih, Siapa Takut

Alo sempat sms. Dia maunya ketemuan. Ada hal yang kepingin dibicarakan. Tapi dia maunya ga lewat telepoin. Oya, Alo itu ketua basket aku dua tahun yang lalu. Dia juga termasuk pendiri basket di kampus ini. Dengan kata lain Dia nenek moyangnya basket di UIN.

Kita janjian ketemu depan kampus abis tarawih. Cek per cek, ternyata dia dapat panggilan jadi guru honorer di Sidrap. Plus, jadi pelatih basket disana. Trus, kaitannya denhgan aku????

Ternyata, selama ini dia jadi pelatih basket di MTs. Model. Nah, karena dia dah mau pergi, aku diminta buat menggantikan. Aku kaget. Bukan karena tau dia melatih, tapi karena diajakin jadi pelatih. Lansung kebayang wajahnya Samuel L Jackson dalam film Coach carter.

Basket memang udah jadi bagian hidupku. Aku pernah bermimpi mau jadi pemain IBL, terus main di NBA. Sayang, skill ga ditunjang ma tinggi badan. Apalagi buat main di NBA harus punya tubuh super gede. Belum lagi prestasi yang pas pasan. Gara-gara gak pernah dapat team raksasa. So, prestasi basket haya jadi hanyalan. Tapi kalo seandainya aku jadi pelatih. Ceritanya mungkin lain lagi.

Tawaran jadi pelatihnya pun aku iyakan. Apalagi anak-anak yang aku bakalan juga pada baik-baik. So, kita tunggu aja prestasi aku jadi pelatih basket.

Jadi pelatih??? Siapa takut!!!



Sabtu, 04 Oktober 2008

Terekam di Hari Kemenangan

Hari raya aja belum, tapi sms permintaan maaf. Ini udah jadi kebiasaan sejak Hand Phone mulai ada dan Short Massage Service mulai marak. Jadi kita gak harus lagi ketemuan untuk ngucapin minta maaf. Memang, teknologi selalu memudahkan urusan kita. Menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Untuk lebaran kali ini, kalo gak salah aku mendapat 36 sms memohon maaf yang semuanya udagh aku maafin. Perinciannya, 1 sms dari yayang. 1 sms dari tante, dan 34 sms dari teman. Udah termasuk teman basket, teman jauh, teman dekat, dan sebagian orang yang digolongin teman.
Untuk sms keluarnya juga, aku ngirimin sms yang gak kalah banyak dengan redaksi yang berbeda-beda.

Untuk yayang redaksinya begini:
“Sayang, maafkan khilaf kata yang pernah terucap, Janji yang terabaikan, Utang yang tak terbayarkan, Cemburu yang berlebihan, Sikap yang menyakitkan, Kebohongan yang disengaja, Dan segala kesalah yang tak tersebutkan. I LOVE YOU”

Untuk anak basket redaksinya begini:
“Untuk shoot yang gagal, Ring yang rusak, Drible yang tak sempurna, Bola basket yang tak layak, Lapangan yang tak indah, Pelatih yang tak ada, Kuharap maafmu dihari yang suci ini. Sukses tuk BaZEBO”

Untuk mereka yang berbahasa bugis redaksin begini:
“Maddupa esso mapaccing madeceng. Sipakacinnoni ati sipakalebbi spakario sipikatau. Taddampengakka sininna luka werekkada nennia pangkaukangku”

Untuk Teman Redaksinya begini:
“Maafin ARIEF untuk lisan yang tak terjaga, Janji yang terabaikan, Hati yang berperasangka, Sikap yang menyakitkan, Mata yang jelalatan, Serta kejahilan yang menjengkelkan”

“Presiden udah. Gubernur juga udah. Tetangga apalagi. Sisa kamu yang belum udah. Padahal banyak hal yang mengharuskan aku memohon maafmu. Maafin aku ya"

“Tak mampu kurangkai kata indah seperti yang lainnya. Namun tak mau kumengambil karya yang lainnya pula. Tetapi satu hal yang ingin kukatakan. Memohon maafmu atas segala kehilafan”


konro soup project /

My Colorful Life

My Colorful Life