Kamis, 25 Februari 2010

Married oh Married

Bagiku, proses pacaran seharusnya bermuara pada pernikahan. Dan kuharap orang lain pun berfikiran yang sama. Maka tidak heran, meski di umur yang baru 22 tahun dan tanpa pekerjaan tetap, kata “married” sudah terngiang. Tapi tentunya bukan dalam waktu dekat ini.

Anehnya, tiba-tiba saja keluarga membicarakan aku dan sebuah rencana tentang married. Ini semua gara-gara mereka tahu kalau kita berdua daftar beasiswa yang sama ke Amrik. Mareka jadi khawatir bagaimana kalau seandainya kami disana. Tinggal satu rumah padahal gak ada hubungan apa-apa. C’mon fam. We ain’t passing the selection yet. Kok pikirannya dah kesana.

Aku memang ingin menikah, apalagi jika mengingat masa pacaran yang udah lama. Teman-teman dan dosen juga udah nanya-nanya. Tapi kan menikah gak semudah membalikkkan telapak tangan. Apalagi adat disini yang mewajibkan banyak hal.

Terkadang orang bilang, apa sich susahnya menikah?? Jangan jadikan uang sebagai masalah. Kalau ada uang 20 juta, mari beli sapi. Kalau ada 10 juta, mari beli kambing. Kalau ada 5 juta, beli ayam pun gak apa-apa. Kalau cuman 500 ribu, kan bisa beli pisang goreng.

Maried, oh Married. Tunggu aja tanggal mainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

konro soup project /

My Colorful Life

My Colorful Life