Kamis, 31 Desember 2009

Better to Stay Home Tonight

Tahun lalu mungkin saja menjadi tahun baru paling meriah dalam hidupku. Saat itu, bersama dengan teman-teman, kunikmati indahnya tahun baru di kota Makasar.

Tahun ini keadannya berbeda. Banyak teman yang telah kembali ke kampoeng halamannya. Tak ada lagi teman menghabiskan pergantian tahun baru. Sehingga kuputuskan untuk menghabiskan malam tahun baru di rumah. Alasan lainnya, aku kapok dengan kemacetan yang terjadi di malam tahun baru. 

It’s better to stay home. Menulis cerita dan menanti pergantian tahun dari balkon rumah seraya menyaksikan gemerlap langit yang dihiasi kembang.api tahun baru. Entah kapan lagi aku bias menghabiskan tahaun baru di jalanan. Bersama teman-teman. 

Malam ini, dua cerpen baru menemaniku mengawali tahun baru 2010

Jumat, 25 Desember 2009

Aku Menyesal Tak Menjadi Demonstran

Waktu ternyata berjalan begitu cepat kawan. 4 tahun ternyata begitu singkat. Baru kemarin rasanya kepala ini dibotak oleh seseorang yang menamakan dirinya senior dan mengatasnamakan perbuatan yang dilakukannya sebagai sebuah bentuk pengenalan kampus. Namun kini, mantan mahasiswa botak itu dengan gagahnya telah menggunakan toga penanda dia telah sarjana.

Akademik, Cinta, Organisasi dan Tulisan kawan. Hal itu yang selalu menghiasi 4 tahun itu. Nilai akademikku bisa dikata sangat lumayan meski ku tahu kalau nilai bukanlah lagi ukuran pintar tidaknya seseorang. Untuk urusan cinta kutemukan dari teman-teman dan seorang yang bisa kusebut sebagai teman spesial. Organisasi tentunya bukanlah barang baru untukku. Semua jenjangnya telah kulalui, baik sebagai anggota ataupun ketua. Dan tulisan??? Meski baru dalam bentuk cerpen fiksi, namun kutetap bangga memiliki beberapa tulisan yang diterbitkan di media ataupun ikutan nangkring dalam kompilasi sebuah buku. Lengkaplah…

Tapi kawan, ada satu hal yang membuatku sangat menyesal. Tak sempat kumenjadi demonstran. Ikut melakukan aksi solidaritas menentang pemerintah. Dan menyuarakan suara rakyat yang tertindas. Hal yang begitu aku idam-idamkan ketika masih SMA dahulu. Apalagi, mahasiswa memang identik dengan demonstrasi

Tahukah kawan. Aku bahkan pernah didaulat untuk menunjukkan kemampuanku sebagai orator jalanan. Dan dengan kepercayaan diri yang tinggi kumelakukan itu dihadapan puluhan teman seangkatanku di sebuah organisasi. Dan hasilnya, aku dianggap bisa turun ke jalan. Betapa senangnya saat itu.

Sayang kawan. Saat keinginan itu begitu menggebu, dia tiba-tiba saja layu luar biasa. Sebut saja dia mengalami impotensi total. 
Ceritanya begini kawan. Seorang teman dengan senangnya memintaku untuk mengikuti sebuah demonstrasi di suatu tempat. Jelas saja kuiyakan ajakan itu. Lalu kemudian sang teman menambahkan kalau dengan mengikuti aksi itu, aku akan mendapatkan uang senilai Rp.50000. Hahhhhhhh, sebuah tamparan bagiku. Kenapa harus ada uang??? Bukankah aksi ini demi rakyat??? Apakah rakyat membayar kami??? Belakangan kutahu kalau tidak semua aksi itu murni.

Sejak saat itu kawan, keinginan itu terpendam dalam. Bahkan semakin dalam. Keinginan menjadi demonstran tak lagi menggebu. Apalagi saat seorang teman yang lain menceritakan tentang nominal yang lebih besar dan free pass ke sebuah diskotik. Susah menemukan kemurnian yang betul-betul datang dari lubuk hati. Keinginan untuk menjadi demonstran itupun mati total. Tak tersisa.

Tetapi kawan. Tak terbantahkan rasa kagumnya jika kulihat teman-teman yang lain melakukan aksi menentang pemerintah. Mengangkat tangan kanannya dengan tangan kiri memegang microphone. Memasang badannya saat kepolisian meminta mereka berhenti untuk melakukan aksi. Mereka berani. Bahkan sangat berani meski tubuh mereka tidaklah besar. Kuharap aksi mereka murni, sehingga kekagumanku tak memudar pada mereka.

Sedih rasanya kawan. Meninggalkan bangku kuliah tanpa sekalipun melakukan hal yang dahulu begitu sangat kuidam-idamkan. Aku menyesal tak bisa menjadi seorang demonstran. Tak bisa turun ke jalan. Menentang mereka yang tak memperdulikan rakyatnya. Bagaimanapun alasan dan penyebabnya, tetap saja aku menyesal.

Untuk kamu kawan. Aktivis mahasiswa, orator jalanan, demonstran atau apapun namanya. Tetap berani menyuarakan kebenaran kawan.

Kamis, 24 Desember 2009

Eat, Party and Picture

Tahukah kamu kawan, apa yang dilakukan oleh mahasiswa yang baru saja selesai diwisuda??? Bagi kami ada 3 hal. Eat, Party and Picture. Aku ulangi. Makan, Acara dan Berfoto ria bersama.

Party tentu saja adalah pesta. Acara. Namun jangan bayangkan sebuah pesta besar ataupun kunjungan ke klub malam. Bagi kami, party tak lebih dari sekedar ungkapan rasa senang. Jalan bersama terus nonton bareng. Bisa juga makan bareng. Asal bukan tidur bareng.

Eat adalah hal wajib. Saat wisuda berlangsung, mahasiswa junior menggantung panci-panci mereka lalu mengeunjungi kos para senior yang telah diwisuda. Apalagi kalau bukan acara makan. Nasi plus soto banjar atau semacamnya.

And the last is picture. Dimanapun itu, kapanpun itu, mengambil gambar hampir pasti dilakukan. Tak perduli rumah teman, jalan, kampus, mall, hingga bioskop. Intinya, tak ada momen yang terlewatkan tanpa kamera. Wajar, setelah hari ini, entah kapan lagi kami akan bersua.

Rabu, 23 Desember 2009

It’s Our party Buddies

Akhirnya, penantian 4 tahun itu terkabul sudah. 4 tahun duduk di bangku kuliahpun akhirnya terbayar dengan penambahan gelar di belakang nama sebagai penanda kalau aku telah menjadi seorang sarjana. Tak lupa, acara wisuda yang dilaksanakan di gedung Manunggal, Makasssar.

Hampir seribuan mahasiswa saat itu di DO secara terhormat. Sebahagian tertunduk lesu memikirkan masa depannya setelah ini atau mungkin perpisahannya dengan teman-temannya. Sebahagian tertawa gembira. Karena lepas dari beban kuliah yang menyesakkan dada. Dan sebahagian lagi bernarsis ria, berfoto bersama teman-temannya. Aku masuk pada golongan ke tiga.

Dan begitulah memang adanya. Berfoto ria adalah hal wajib bagi kami semua. Sejenak kami melupakan hal-hal lainnya. Melupakan kesedihan kami karena tak lama lagi kami berpisah. Melupakan ketakutan kami tentang apa yang kan terjadi setelah kelulusan ini.

Yang kami tahu. Hari ini kami haruslah bergembira. Yach, bergembira. Karena hari ini memang hari kami. It’s our party day.

Jumat, 11 Desember 2009

CCSIP-Cerita di Bilik Interview

Interview adalah proses menegangkan plus menakutkan apalagi jika mengingat pengalaman interview yang sempat aku ikuti. People said: lebih baik gak lulus, ketimbang ikut interview tapi akhirnya gagal. That’s the thing that makes me scare. Aku takut gagal lagi.

Akhirnya, bermodal pengalaman nanya sana-sini gimana cara menjawab pertanyaan dengan baik, plus doa, kuyakinkan diri melangkah ke ruang interview. Mbak yang saat itu menemaniku bilang. “Santai aja”. Perasaan gogi itu mungkin terlalu kentara.

Di dalam ruangan telah menanti 4 orang penguji. Mc Coy ditambah satu bule lain dan dua orang Indonesia. Dan jurus pertama segera kulancarkan. Senyum, senyum, senyum. Kucoba serileks mungkin meski sangat kentara jika aku gugup.

Beberapa pertanyaan kujawab sebisaku. Kenapa memilih jurnalis. Fokus dalam bidang apa, Hal tersulit dalam hidup, Pengalaman pertamaku naik pesawat, hingga Apa ada kaitan aku dengan Muh. Galib mantan jaksa Agung. Ups, semua teratasi. Sampai kemudian si Mister yang aku lupa namanya itu bertanya kepadaku. Could you speak Spanish?

Aku terkejut. Kaget setengah mati. Di aplikasi memang aku nulis kalau aku bisa bahasa Spanyol. Tapi itu cumin dasarnya doang. Untuk ngomong aku belum berani. Kujawab aja nggak. Aduh, dalam hati aku takut dicap pembohong.

Namun sebelum meninggalkan ruangan, tak lupa kuucapkan salam perpisahan kepada tim penguji. Asta la Vista ujarku. Para penguji tersenyum. Mc Coy berucap Ciao. Kubalas dengan ucapan Adios. Dan merekapun tersenyum. Kuharap senyum itu pertanda baik. Semoga

Kamis, 10 Desember 2009

CCSIP- It's Hard but It's Possible

Siapa sangka, jumlah peserta yang lulus interview dari Sabang sampai Merauke ada 86 orang. Dari 86 itu, yang katanya lolos ada 30 orang. It means that, 50 orang diantaranya akan gagal.

It’s gonna be hard. Banyak yang bilang, Mending gak lolos wawancara daripada lolos interview tapi gagal juga. Perih katanya. That’s truly right, tahun lalu hal tersebut sempat aku rasakan. Kuharap kali ini tidak lagi.

Bagaimanapun juga, semuanya pasti ada jalannya. Setelah proses interview dan tesnya selesai, sekarang waktunya berdoa. Berharap Tuhan menurunkan reski dan jalannya buat kita. Kalau rejeki gak akan kemana-mana.

Orang-orang yang sukses biasanya bilang. It’s hard but it’s possible. Akupun mengatakan hal yang sama.

Rabu, 09 Desember 2009

Memalukan

Korupsi bukan barang baru di negeriku. Ini sudah menjadi penyakit yang menyerang para pejabat hingga orang-orang berkuasa di tanah ini. Bahkan, kalau saja tukang becak bisa korupsi, maka kuyakin dia pun akan melakukan korupsi.

Hari anti korupsi tahun ini bertepatan dengan jadwal interview di Jakarta. Ibu kota hari ini diprediksi bakal macet total. Sekitar ratusan ribu orang digadang akan turun ke jalan menentang korupsi. Seandainya aku di Makassar, akupun akan melakukan hal yang sama. Karena akupun benci korupsi.

Meski dihadiri ratusan ribu orang, demonstrasi di ibu kota justru berjalan lancar dan damai. Hal memalukan justru terjadi di kampoeng halamanku, Makassar. Mahasiswa yang berunjuk rasa menjadi beringas. Menghancurkan kaca sebuah toko KFC dan juga beberapa kaca mobil mewah.

Untuk sejenak aku malu jadi anak Makassar. Apa kaitan KFC dan Century? Nalarku tak mampu mencerna. Masih pantaskah mereka disebut Mahasiwa? Mengapa mereka begitu anarkis?

Aku tertunduk malu dihadapan teman-teman dari provinsi lain. Saat seorang nyeletuk, “Gitu yach Makassar mas?” Aku tersenyum kecut. Untuk sejenak aku malu berasal dari Makassar.

Selasa, 08 Desember 2009

Many Things to be Talked

Jakarta, ibu kota negeri ini memang luar biasa. Luar biasa crowdednya, luar biasa macetnya, luar biasa kejamnya, dan luar biasa akan banyaknya hal-hal yang bisa diceritakan. First day in Jakarta memberikan hal baru yang mungkin saja tak kan kutemukan di tempat lain. Pengalaman, pengetahuan dan hal-hal lain dalam hidup.

Dari seorang sopir bajai yang untuk menjalangkan bajainya diperlukan bantuan orang untuk mendorongnya terlebih dahulu, kutemukan bahwa kejamnya korupsi betul-betul dipahami oleh masyarakat bangsa ini hingga lapisan bawah. Sang sopir yang juga orang betawi keturunan bugis bone ini bahkan paham betul tentang betapa susahnya memberantas korupsi. Meskipun sang koruptor jelas-jelas tertangkap kamera, si kamerapun akhirnya dapat dibeli dengan uang.

Di tempat terpisah, aku bertemu Richard. Seorang backpacker asal London yang sedang menikmati indahnya mega merah di halamn Monash. Dari Richard kuketahui bahwa Korupsi tidak hanya terjadi di negeri ku ini. Hal yang sama pun turut terjadi di Eropa sana.

Hampir lupa, besok 9 Desember. Hari anti korupsi se dunia. Semoga tak lagi ada korupsi di negeriku ini. Mungkinkah?????

My First Time Flying

Akhirnya, mimpi bisa naik pesawat terbang itupun akhirnya terwujud juga. Siapa sangka, mimpi seorang anak kampoeng belasan tahun lalu akhirnya menjadi kenyataan. I am flying now and it’s free of charge. 

Sempat senyum-senyum sendiri macam orang gila saat masuk ruang tunggu bandara. Oh…gini yach namanya ruang tunggu bandara. Oh… gini yach rasanya di dalam bandara. Terserah orang mau bilang apa, tetap aja aku nyengar-nyengir. Biarin. I told you guys, this is my first time and let me enjoy it.

Dan senyum itu makin mengembang saat kakiku kuinjakkan di lantai pesawat yang saat itu kebetulan Lyon Air. Berhubung baru, sempat nanya ke pramugarinya dimana tempat duduknya. Sayang, bukan dekat jendela. Padahal, kepingin banget liat Indonesia dari atas.

Meski ga duduk di pinggir, tetap aja maksa-maksain ngintip ke jendela. Melihat birunya laut, indahnya pemandangan, hingga putihnya awan. Senang banget rasanya, Indah…Maha Besar Allah yang menciptakannya.

Ups, hamper lupa. Tulisan ini dibuat saat berada diatas pesawat. Entah ketinggian berapa kaki. Satu yang pasti, saat kuintip, kami lagi berada diatas awan.

Selasa, 01 Desember 2009

CCSIP- Another Open Door

Hampir saja mimpi-mimpi itu terkikis. Laksana sebuah pohon besar yang kehilangan akar-akar penyangganya. Untunglah, Tuhan tak pernah berhenti memperhatikan hamba-Nya. It’s always happen. The right thing in the right moment.

Saat mimpi itu mulai memudar, Tuhan menunjukkan pintu lain yang terbuka. Pengumuman CCSIP akhirnya sampai juga. Luckily, aku lolos dan diminta untk menghadiri interview di Jakrta. And all those things are free of charge.

Aku tersadar, entah bagaimanapun, mimpi-mimpi itu harus tetap kujaga. Ini laksana pintu. Saat sebuah pintu tertutup, masih ada pintu-pintu yang lainnya yang masih terbuka. Dan untuk menemukan pintu itu butuh kesungguhan. Teringat ajaran ustadsku dulu. Man Jadda Wa Jada, Barang siapa yang bersungguh sunguh, Maka dia akan berhasil.

Jumat, 27 November 2009

Memori 10 Tahun

Pulang kampoeng adalah salah satu dari beberapa hal yang sesungguhnya tak ingin kulakukan. Bukan karena ku tak lagi mencintai tanah leluhurku, Bulukumba. Namun bagiku, pulang kampoeng sama halnya dengan kembali mengorek memori 10 tahun yang telah berlalu.

Memori itu seakan bermain dengan jelas di kepalaku saat kujejalkan kakiku di tanah leluhurku itu. Teringat bagiku sosok kecilku yang menghabiskan harinya di bawah terik matahari. Berkejaran di lapangan luas lalu bermain air di sungai bersama teman-temannya, sambil sesekali mandi bersama seklompok kerbau dan juga kuda.

Tak ada perubahan mendasar dari kampoeng ini. Jejeran rumah itu, sekolah tempatku mulai merenda mimpi awal, sekelompok pohon yang usianya jauh diatasku. Pohon Asam, jambu, bambu kuning, dan pohon-pohon lainnya. Ahhh….kampung ini masih seperti dahulu.

NB: Dan yang tak kan pernah terlupa, Kembali ke kampoeng selalu mengingatkanku memori tentang nenek di masa kecilku. Semoga nenk tenang di sana. Kukirimkan fatihah untukmu.

Selasa, 24 November 2009

I am still a Blogger

Aku sungguh lupa kapan tepatnya aku mulai terjangkit virus yang satu ini. Virus yang sebetulnya tidak mematikan namun justru memunculkan sindrom kecanduan yang teramat sangat. Aku sendiri menyebutnya Facebook Acute Syndrome.

Semuanya gara-gara jejaring social yang dibuat sama Mark Zuckersberg. Memang sih, sejak pertama kali diluncurkan, facebook begitu booming bahkan mampu menghipnotis dunia. Mau orangnya tua atau muda, kaya atau miskin, semuanya jadi doyan facebook. Gak peduli itu di belahan bumi bagian Amerika, Afrika, Australia, Eropa hingga Asia, semua pada berlomba membuat account di facebook lalu dengan bangganya bersorak….Now, I am a Facebooker.

Yach, Termasuk aku sendiri. Semuanya berawal karena rasa ingin tahuku yang berlebihan terhadap sesuatu. Awalnya, aku sempat heran kenapa begitu banyak temanku yang ngerumpi ngomongin facebook. Gak di kantin, di kelas, bahkan sampai pelajaran berlangsung sekalipun. Gak heran kalau kemudian aku jadi sangat eager tuk mengenal facebook lebih dekat.

Dan Sim Salabim. Hanya butuh dua hari untuk membuatku jatuh cinta pada layanan social networking yang satu ini. Saking cintanya dengan facebook, aku jadi gak pernah lagi mengecek situs pertemanan Friendster ku. Parahnya, hingga Blog yang dahulunya begitu kubanggakan, tempatku berbagi canda dan tawa pun turut kuabaikan. Parah….

Hampir di setiap kesempatanku online, facebook menjadi situs wajib yang harus kukunjungi. Bahkan jika perlu aku cek ditiap menitnya. Comment status teman-teman ataupun update statusku sendiri adalah hal wajib di tiap harinya. Bahkan, Hal paling pertama yang aku ingat saat terbangun dari tidurku adalah facebook.

Secara tidak sadar, kehadiran facebook menjadikan aku sebagai manusia Narsis tipe kelas wahid. Update status ku semakin menjadi-jadi. Bahkan terkadang, status itu hanya terpasang 5 menit saja lalu kugantikan dengan status yang baru yang isinya rata-rata gak penting dan sedikit nyombongin diri. Nunjukin kalau aku lagi punya duit 5 juta lah, shopping di Mall lah, ke Trans Studio lah, atau banyak hal lainnya yang seharusnya tak perlu aku tuliskan.

Parahnya, aku jadi begitu terobsesi untuk memiliki ribuan teman di jejaring sosial ini. Hingga kini saja, tercatat lebih dari seribuan teman yang telah aku miliki. Padahal, jika harus jujur, tidak lebih dari 50 an orang yang sesungguhnya aku kenal.

Tanpa terasa, 4 bulan berlalu sejak perkenalan pertamaku dengan facebok. Namun entah mengapa saat ini ada perasaan lain yang menggelayuti pikiranku bak sebuah ruang kosong yang tak terisi. Kucoba menepis semua perasaan itu degan browsing di internet. Dan betapa terkejutnya aku saat menyadari bahwa jari jemariku yang mengetik setiap tuts pada notebook ku mengantarkanku pada sebuah website : www.catatan-akhir-kuliah.blogspot.com

Entah takdir apa yang menghantarkanku ke blog ini. Hampir 4 bulan lamanya blog ini kudiamkan. Ahhh, kucoba kembali membaca cerita demi cerita yang kuposkan dalam blog ini. Ada senang, suka, duka, haru, bahagia dalam tulisan-tulisan ini. Tanpa terasa, beberapa bulir air mata jatuh dri kedua bola mataku. Ahhh, mungkin aku lebay.

Malam ini akhirnya kusadari bahwa sebuah kesalahan besar meninggalkan blog ini. Perasaan lain yang menghampiriku sesungguhnya jeritan hati karena tak lagi pernah kumenulis. Tak ada lagi celoteh curhat-curhatku. Tak ada lagi tempatku mengapresiasikan diriku. Dan malam ini kuberjanji untuk tak lagi meninggalkan aktivitas ngeblog ku. Di blogku sejarahku terekam. Dan takkan kubiarkan sejarah itu terputus.

Dan kucoba kembali menuliskan postingan terbaru untuk blog ini. Sebuah postingan setelah sempat fakum dari dunia blogging. Tak lupa kuberi judul pada postingan baruku it. ’’I’m still Blogger’’

Yach..aku masih tetaplah seorang blogger. Dan sampai kapanpun, aku tetap akan menjadi seorang blogger. Di luar sana, kuharap mereka yang telah lupa pada blognya dikarenakan jejaring sosial, mampu kembali eksis dengan blog mereka.

Di blog kita ada tulisan. Ada curhatan. Ada candaan. Ada amarah. Senang, suka, duka, cinta, lara. Di blog kita ada mimpi-mimpi kita.

*Cerpen ini diikutkan dalam Lomba Penulisan Entry Blog Ulang Tahun ke-3 AngingMammiri

Senin, 23 November 2009

IELSP-Daftar Lagi Gagal Lagi

Setahun lalu aku sempat begitu terpuruk saat gagal interview di program IELSP. Kegagalan di interview membuatku harus gagal memwujudkan mimpi-mimpi indahku. Aku gagal ke Amerika. Gagal.

Setahun berlalu dengan cepatnya. Meski kepedihan akan kegagalan itu masih ada, namun IELSP batch 7 kembali terbuka. Dan seperti biasa, semangat 45 ala Indonesiaku berkobar lagi. Yah, aku ingin mendaftar lagi.

Di bawah payung universitas baru bernama UIT, kupersiapkan segala berkas yang dibutuhkan. Tidak tanggung-tanggung, untuk refrensinya kuminta langsung dari Dekan dan Rektorku. Intinya, kuharap tahun ini kubisa lulus. Kenapa tidak, salah satu alasan kenapa kembali kuambil S1 lagi tidak lain karena kuingin kembali mendaftar di beasiswa ini.

Alhasil, setelah berminggu-minggu menunggu telepon yang gak datang-datang. Kutelusuri sendiri pengumuman IELSP ini, Daftar nama-nama yang lulus interview pun akhirnya kudapatkan. Hasilnya, dari 900 nama, tak ada namaku di sana. Tak ada.

Aku kecewa, jelas kecewa. Namun kutaklagi seterpuruk dulu. Setelah berbagai rentetan kegagalan yang kulalui, kubelajar bahwa hidup itu tak semudah yang kubayangkan.
Aku kecewa, namun tak seterpuruk dulu lagi.

Jumat, 20 November 2009

Serasa Terkenal Se Dunia

Ahhhh, ulang tahu lagi. Hari ini yang ke 22. Udah semakin tua. Meski sebahagian orang menganggapku masih sangat dan sangat muda. Ada yang lain dari ulang tahun kali ini. Ucapan selamat ulang tahun itu tidak hanya datang dari mereka yang mengenalku secara dekat, tetapi juga datang dari mereka yang bahkan belum pernah bertemu denganku.

Aku jadi merasa terharu. Kejaiban facebook menjadikan aku serasa terkenal di dunia. Bahkan untuk ucapan ulang tahun itu sendiri kudapatkan pula dari teman-temanku yang tinggal di luar negeri seperti Amerika, Slovenia, Swiss, Spanyol hingga Bosnia Herzegovina.

Betul-betul, serasa terkenal se dunia.

Selasa, 13 Oktober 2009

CCSIP- A Dream about USA

Sejak kecil, negara yang selalu terngiang dalam pikiranku adalah Amerika. Bahkan sampai saat inipun, keinginan untuk kesana, menginjakka kaki di negara super power itu tetap saja menggebu-gebu. Jadi jangan heran, kalau ada kemungkinan ke Amerika lewat beasiswa, lewat pertukaran pelajar atau program lainnya. Aku pasti ikut mendaftar.

Masih berbekal the power of nekad karena persyaratan meminta nilai TOEFL 500 aku kembali mendaftar. Kali ini ada Community College Summit Initiative Program. Sebuah program yang memungkinkan aku dan semua mimpiku tercapai. Setahun di Amerika. Berhubung di program ini diminta untuk melampirkan pengalaman kerja, pengalaman sebagai wartawan pun kujadikan sebagai buktinya. Apalagi di program ini memang sengaja kuambil Media.

Aplikasi dan beberapa sertifikat pelengkap kukirimkan saat menjelang penutupan. Biasa, penyakit orang Indonesia yang selalu berfikir masih banyak waktu. Sampai-sampai, deadline tinggal dua hari lagi, masih saja berfikir, Masih banyak waktu. Aneh kan.

Dalam hati kuberdoa agar Tuhan untuk memuluskan jalanku. Segala kegagalan yang selama ini kualami semoga bisa terobati. Amin.

Kamis, 08 Oktober 2009

IFP-I’m Just Trying

IFP or International Fellowships Program adalah sebuah program yang disponsori oleh Ford Foundation. Sebahagian orang menganggap kalau beasiswa ini agak sedikit rumit. Buktinya, untuk mendapatkan formulir beasiswanya saja, kita harus ikut mendaftar pra eliminasi dulu. Ups, padahal untuk beasiswa yang lain bisa langsung download aja.

Karena kebetulan saat itu lagi dapat formulir pra pendaftaran, tanpa pikir panjang langsung saja kuisi formulir itu bersama beberapa teman dan senior-seniorku. Berbekal tekad bulad dan teori sipa tahu, kembali dengan Pe De nya kukirim aplikasi itu. Yah, siapa tahu aja lulus.

Beberapa bulan kemudian, pengumuman untuk program ini pun datang. Mereka yang lulus pun udah dikirimin formulir. Satu formulir nyasar ke rumahku. Hampir saja aku girang dibuatnya. Namun, semua berubah saat membaca namanya, Ah, ini punya teman yang kebetulan saat mengirim memakai alamat rumahku. 

Artinya, aku gak lolos lagi. Aku tersenyum kecut. Semoga kegagalan ini bisa menjadi pelajaran.

Kamis, 10 September 2009

ADS-The Power of Nekad

Untuk ukuran Scholarship Hunter seperti saya, wajib hukumnya mengetahui jadwal keluarnya beasiswa berikut nama program dan negaranya. Hal ini penting mengingat ada banyak macam beasiswa yang ditawarkan oleh Negara-negara asing. Gak heran pas pengumuman tentang ADS keluar saya langsung tau kalau ini beasiswa kuliah di Australia. Jelas saja, dari namanya kan udah ketahuan, Australian Development Scholarships.

Penghalang utamanya sebenarnya ada pada factor TOEFL yang dia minta. Dengan jelas bahwa TOEFL yang dibutuhkan adalah TOEFL 500, and not prediction test. Padahal TOEFL yang kupunya cuman 493. Beda 7 angka.

Namun entah atas dorongan apa, dengan PeDe nya saja saya mengisi formulir dan segala kelengkapan lainnya di saat teman-teman yang lain mundur karena nilai TOEFL yang gak sampai. Bukan cuman mengisi, saya bahkan ikut mengirimkan aplikasi itu. Bagi saya, itu adalah bentuk usaha. Kalaupun gagagal yach sudah sewajarnya. Nothing to lose lah.

Biar orang mau bilang apa aku juga gak goyah. Namanya juga nekad. Kalau ga nekad, kapan bisanya???

Sabtu, 05 September 2009

Aku Masih Mahasiswa

Yudisium dari UIN bukan berarti status mahasiswa yang 4 tahun kupakai telah kutanggalkan. Justru gelar mahasiswa itu masih aku pakai bahkan menjadi kelihatan lebih fresh lagi karena statusku bahkan menjadi mahasiswa baru.

What??? Yup, I take another undergraduate. Aku kuliah S1 lagi. Sebagian orang menganggapku gila, menghabiskan waktu dan tenaga. Ibu lain lagi, “Kalau mau kuliah harusnya S2, buat apa perbanyak S1???” Masuk akal juga. Tapi toh tetap saja aku ambil S1 lagi. Mumpung ayah siap membayar. Dan pilihanku jatuh kepada Psikologi di Universitas Indonesia Timur.

Berhubung ada kesibukan di hari-hari biasa, makanya kuambil kelas ekstensi. And you know what??? Dikelas inilah kutemukan sebuah keragaman hidup. Perbedaan yang membuatku semakin menghargai perbedaan itu sendiri.

Gak tanggung-tanggung, satu kelasku banyakan polisi. Ada pula yang tentara. Yang kerja juga banyak. Penyiar, kerja di bank, rumah sakit, sampai di bandara. Ups, Ada pula yang bisa hinotis orang serta ada yang bisa liat setan. Ada lagi, cewek yang punya Sembilan pacar..Gleck.

Begitulah, kumulai lagi status mahasiswaku di tempat baru, dengan teman dan suasana yang baru. Yup. Hari ini, aku masih mahasiswa kawan.

Rabu, 26 Agustus 2009

Four Hundreds and Ninety

Ini bukan judul film, bukan kamar hotel, atau bahkan my lucky number. Itu nilai TOEFL aku yang baru aja keluar. Tau kan apa itu TOEFL. Hari ini gak tau TOEFL. Ke laut aja deh.

Meski diakui agak sedikit kecewa karena gak nyampai 500 but life must go on. Kalau ada rejeki kan bisa test lagi. Apalagi nilai itu sebenarnya udah lumayan setelah beberapa bulan yang lalu sempat test TOEFL di Briton dan hasilnya cuman 467.

Dan meskipun standar buat daftar beasiswa ADS 500 aku bakal tetap nekad kirim berkas. Semoga kekurangan 10 poin bisa jadi bahan pertimbangan. Apalagi perkara beasiswa adalah perkara rezeki. Kalau memang udah rejeki, gak akan lari kemana. Ngarep banget sihhhhhh

Four hundreds and ninety bukan berarti bumi bakalan kiamat. Nilai gak akan merubah diri aku menjadi lemah. Aku tetap seperti dulu, manusia pemburu beasiswa. I am still a Scholarship Hunter like before. Aku masih tetap memegang mimpi itu. Layaknya Haikal dan Arai, dua manusia dengan cita-cita dan keyakinan yang tinggi jika satu saat nanti mereka akan kuliah di perancis, menginjakkan kaki mereka di atas altar suci Almamater Sorbonne lalu menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Aku berharap seperti mereka.

When you want something, the entire universe will conspire to help you achieve it (Paulo Coelho-The Alchemist)

Senin, 24 Agustus 2009

Ramadhan Kali Ini

Ada yang berbeda dengan ramadhan kali ini. Satu kata. Sepi. Kalau ditambah jadi dua kata ya sepi banget. Yach, mau diapa lagi, sebahagian teman udah pada pulang kampoeng. Maklum udah pada jadi sarjana. Sebahagian lagi gak tentu rimbanya.

Akibatnya, gak ada lagi ajakan nyari mesjid buat buka puasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diperparah karena provider gak lagi menyediakan sms gratis macam tahun lalu. Jadi semuanya berjalan datar. Gak ada lagi sms ngebangungin ataupun miscall-micall doang buat ngingatin kalau udah sahur. 

Entah kenapa aku jadi khawatir, Jangan-jangan teman-teman udah lupa satu sama lain. Berubah dari makhluk social menjadi makhluk monster individual yang tak peduli kawan. Jadi ngeri. Semoga kalian ga jadi monster yang satu ini kawan.


Happy Ramadan Kawan.

Rabu, 19 Agustus 2009

Makanya Baca Dong

Aku ini orang Indonesia asli, gak heran kalau budaya Indonesianya kental banget, salah satunya termasuk kebiasaan malas membaca aturan pakai. Gara-gara hal ini pulalah aku jadi malu untuk beberapa saat. Rasanya muka ketek semua.

Semuanya bermula saat sang sarjana hendak membeli parfum. Lama memilah dan memilih sang sarjana akhirnya mengambil salah satu ‘parfum’ merek Rexona. Aneh kan. Baru denger tuh ada parfum merk rexona. Hampir semimnggu dengan bangganya si sarjana makai parfum itu setiap dia mau keluar rumah. Tujuan utamanya biar wangi. 

Sampai kemudian adik si sarjana menemukan ‘parfum aneh’ sang kakak. Sang adik yang terbiaa nonton tv hingga iklan tv langsung aja bilang kalau ini adalah deodorant, lengkapnya deodorant semprot yang bentuknya memang mirip parfum. Kontan sang sarjana kaget. Takut ditertawain, si sarjana nyengir dan mengiyakan.

Sesaat setelah sang adik pergi, sang sarjana mengambil “parfum” membaca dengan teliti hingga menemukan kalimat “Shake well. Spray six inches from underarm directly on to skin and hold for 2 seconds” Exactly ini buat ketek. Sekali lagi, si sarjana nyengar nyengir tersenyum sendiri ngebayangin kelakukan anehnya menjadikan deodorant sebagai parfum.

Makanya baca dong bung, gara-gara malas baca badan bau ketek semua.


Rabu, 05 Agustus 2009

A Very Big Question

Resmi menjadi sarjana, sama saja dengan mengatakan bahwa resmi bergabung dengan ratusan, ribuan bahkan lebih, sarjana dengan titel pengangguran.

Dalam kamus para sarjana, ada satu pertanyaan mudah yang justru menjadi sangat sulit untuk menjawabnya, pertanyaannya: Selanjutnya Mau Apa? Gaulnya orang biasa bilang What’s next?. Hal sama pun tertulis dalam kamus sarjanaku. Selanjutnya mau apa? Akupun bingung menjawabnya.

Opsi pertama, aku bisa nikmati waktu luang ini sebagai seorang pengangguran. Opsi kedua, aku bisa menlanjutkan kulia strata dua. Sayangnya aku dah janji untuk tidak menyusahkan orang tuaku lagi. Opsi ketiga, aku bisa nyari kerja ngajar sambil nerusin cita-cita buat dapetin beasiswa. Opsi keempat, kuliah lagi tapi ambilnya S1 lagi. Aneh. Dan masih banyak opsi lain yang bisa saja tiba-tiba menunggu.

Aku masih belum bisa memutuskan. Biarkan waktu yang menjawab.


Senin, 03 Agustus 2009

Hari Ini Aku Jadi Sarjana

Alhamdulillah, hanya itu kata yang bisa aku ucapkan saat pimpinan sidang membacakan hasil keputusan ujian hari ini. Pingin nangis biar suasana lebih dramatis tapi gak bisa. Pingin pura-pura nangis lebih gak bisa lagi. Jadilah prosesi yudisium hari ini tanpa isak tangis.

Hari ini pula aku berhasil mengangkangi senior-seniorku dulu yang dengan semena-mena dan arogannya memaksa aku sujud di hadapannya, hanya untuk mendapatkan rasa hormat yang sesungguhnya palsu. Sorry senior.

Terbayar pula usaha kuliah empat tahun itu. Secara sah hari itu aku telah boleh menyandang status sarjana dengan nilai yang menggembirakan bagi sebahagian orang. Cum Laude 3,83. Sebuah simbol belaka simpulku.

Yang sangat menggembirakan, banyak teman-teman hadir dan menunggu saat proses yudisium itu terjadi. Hal itu sungguh sangat mengharukan. Makasih banyak kawan

Kuucapkan banyak terima kasih untu Tuhanku, Malaikat yang selalu menemaniku, Kedua Orang Tuaku, Kekasih Hatiku, Para dosen, Teman-teman, dan semuanya yang telah pernah membantuku.

Kini sisa menunggu prosesi wisuda yang dilaksankan bulan Desember. Ada empat bulan waktu menunggu.

Senin, 3 Agustus akan tercatat sebagai salah satu hari penting dalam hidupku. Hari ini aku resmi sarjana.


Minggu, 02 Agustus 2009

Some Day Before

OK, well, ujian akhir semakin dekat aja. Bahkan gak terasa sisa satu hari. Dan seharusnya, aku gak usah kemana-mana. Just stay at my room. Konsentrasi sama skripsi. Seharusnya…

Anehnya, meski udah tau mau ujian. Tetap aja kegiatan sehari-hari dilakuin. Online di warnet, Nonton film, Sampai ngehabisin banyak waktu berjam-jam buat maen game. Aneh memang….Ember

Gimana dengan skripsinya? Meski gak dijadiin bacaan wajib yang kudu dibaca tiap hari, Sudah hampir dipastikan kalau isinya udah ane kuasai. Soalnya, skripsinya yang membuat kan aku sendiri. Logikanya, penguji mau nanya apapaun ane siap juga jawab apapaun. Ceritanya mungkin beda kalau skripsinya bukan dibuat sendiri.

So, I’m ready to fight. 

Selasa, 21 Juli 2009

Me and Mr.Policeman

Hampir satu tahun aku tak ada hubungan dengan polisi lalu lintas. Itu berarti, aku tergolong yang patuh dengan peraturan lalu lintas. Namun nasib berkata lain, Tuhan menentukan sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat aku harus kembali berurusan dengan korps berbaju coklat tua agak kehitaman itu.

Gara-gara, melintasi lampu jalan yang berwarna kuning, dua orang polisi menghentikan aku. Meski sempat bingung dan protes karena pelajaran waktu SD dulu mengatakan merah berarti berhenti, hijau berarti jalan terus dan kuning berarti berhat-hati, pak police tidak mau tahu, intinya aku bersalah dan aku harus diproses.

Awalnya sempat merasa salut dengan polisi sewaktu mengatakan kalau aku harus ikut sidang dan membayar denda sebesar 61.000 rupiah di pengadilan nanti. Alasannya, agar supaya dia terbebas dari perkataan kalau uangku diambil polisi, tapi toh kenyataannya semua rasa salut itu berbalik dengan hitungan menit.

Aku yang memang sudah siap melepas STNK motor dan berhadapan dengan pengadilan harus dibuat kecewe. Pak police menanyakan nama, alamat dan pekerjaanku dan seakan menuliskannya di kertas yang saat kuperhatikan justru bukan di kertas tilang. Justru kulihat dia kebingungan saat aku santai aja. Dia lalu menyakan apa aku punya waktu jumat depan. Aku sontak kaget, ini kan senin mas. Lama banget kalau prosesnya nanti Jum’at.

Sang Police lalu menyakan kembali apa aku siap menghandapi sidang, aku jawab saja iya. Terus dia nanya ulang, apa aku tahu pengadilan, kujawab aja kagak tahu soalnya aku bukan criminal dan gak pernah punya kaitan sama tempat pengadilan. Tapi aku siap aja datang kepengadilan.

Tiba-tiba bapak bilang, daripada aku gak bisa selesaiin di pengadilan, mending aku selesaiin disini. Ditanya aja aku punya uang berapa. Ups, aku jadi super kaget, baru beberapa menit yang lalu bapak bilang lain. Dengan terpaksa aja kulihatkan isi dompet ku. 21.000 rupiah. Bapak itu ambil ung dua puluh, yang gambarny Pattimura ditinggal buatku. Aku meninggalkan pos dengan dongkol, Mending kehilangan 61.000 tapi ikhlas karena tau uangnya masuk khas negara daripada kehilangan 20.000 tapi sangat tidak ikhlas.

Aku berjanji untuk tidak lagi berjalan jika lampu jalan menunjukkan warna kuning. Aku juga berjanji untuk mengajarkan anak-anak SD pelajaran terbaru tentang arti lampu lalu lintas. Hijau berarti jalan terus, Merah dan Kuning berarti Stop dan Stop.

Sabtu, 18 Juli 2009

Kuriositas Tingkat Tinggi

Gara-gara ketahuan lagi gak ngapa-ngaapain, akhirnya dapet undngan buat jadi pengisi materi. Judulnya; Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional. Tempatnya sendiri lumayan jauh. Pesantren Syekh Muhammad Ja’far Kab. Bantaeng. Tepatnya, Nun jauh di sebuah kampoeng dekat lereng gunung dengan airnya yang lansung dari mata air pegunungan dan dinginnya yang dijamin lebih dingin dari air yang dimasukkan ke dalam freezer. I guarantee that, I am sure.

Meski tinggal dan sekolah di dekat gunung, jangan berfikir jika anak-anak yang bersekolah berfikir layaknya seorang yang tak tahu apa. Kepolosan dari pertanyaan mereka adalah kunci bahwa mereka bukan anak-anak bodoh seperti orang selalu pikir tentang anak-anak kampoeng. Mereka adalah anak-anak dengan kuriosistas tingkat tinggi. Begitu aku menyebutnya.

Lihat saja beberapa pertanyaan yang mereka tanyakan, dan apakah kita mampu menjawabnya. Aku saja sempat dibuat bingung untuk menjawabnya. Siapa yang pertama kali membawa bahasa Inggris ke Indonesia? Mengapa bukan bahasa China yang dijadikan Bahasa International, bukankah Bahasa China adalah bahasa yang paling banyak digunakan? Mengapa orang-orang bule itu berbahasa Inggris di negeri dimana kita memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa Indonesia? Terakhir, Apa pengaruh mempelajari bahasa Inggris bagi ummat Islam?
Sekali lagi, mereka adalah anak-anak dengan kuriositas tingkat tinggi.

Senin, 13 Juli 2009

De espera no es una cosa aburrida

Meski kata orang menunggu tuh adalah hal yang paling membosangkan, tapi toh nyatanya penantian skripsi tidak sama membosangkannya dibanding menunggu kata iya dari seorang yang kita taksir. Iya kan???/

Setidaknya ada beberapa kegiatan yang dilakuin sebagai pengisi waktu menunggu skripsi selesai dicoret-coret. Sempat ikut seminar dengan judul “Humanities and Social Sciences in the Study of Religion; Issues and Innovation in Islamic Higher Education in Indonesia” yang diadakan pihak kampus bekerjasama dengan pihak McGill University, Kanada. Hasilnya, dapet pengetahuan kalau salah besar jika kita menganggap bahwa Islam tak lagi memberi pengaruh yang besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia.

Lalu kemudian ikutan lagi ke kampus dua buat dijadiin bahan penelitian. Kali ini yang ngadain negara dekat Kanada. Guess it what??? Yup. USA. Lucunya, kita cuman diberikan angket sepuluh nomer lalu dijawab. Gampang bahnget. Nah, biar gak rugi, karena tempatnya di kantor rektor, tak puas-puasin aja photo-photo. Wajarlah, dijamin banyak mahasiswa yang sampai selesainya gak pernah masuk di ruangannnya pak Rektor.

Terbukti deh kalau menunggu itu tidak selalu membosangkan. De espera no es una cosa aburrida

Minggu, 05 Juli 2009

One Step Closer

Lega rasanya menyelesaikan thesis itu. Apalagi jika mengingat usaha dan banyaknya pengorbanan yang dilakukan untuk menyelesaikannya. Terutama pengorbanan untuk tidak menulis demi konsen ke skripsi.

Dan kini tiba saatnya mengajukan, menanti beberapa coretan dan beberapa perubahan dari pembimbing. After that, ujian akhir ku dilaksanakan. Rasanya, semakin dekat saja untuk menjadi sarjana. Sebuah nama dengan gelar dibelakangnya.

One step closer to get my academic title.

Sabtu, 27 Juni 2009

Reuni, Mencoba Mengenang Kembali

Sudah hamper empat tahun aku meninggalkan pesantren. Pondok yang menggemblengku enam tahun. Dan entah kapan terakhir kali aku mengunjunginya kembali. Tidak heran kalau kemudian reuni alumni menjadi agenda yang tidak bisa dilewatkan.

Kulihat suasananya memang sedikit berubah dengan beberapa bangunan baru. Namun keadaan lainnya masih seperti dahulu. Koperasi, ruang kelas, kantor, mesjid, maupun dapur. Semua memori enam tahun serasa menari-nari dalam ingatanku.

Segera kusalami tangan meraka, ustadz ustadzah yang dahulu pernah mengajarku, mengejarku dan menghukumku. Kubalas sapaan adik-adik kelas yang masih mengenalku. Kucoba memainkan kembali basket di lapangan tempatku pertama kali mengenal basket. Tak lupa kuikuti pengajian setelah shalat Magrib yang mengingatkanku tentang betapa buasnya hidup diluar sana. Terakhir, kucicipi makanan khas pesantren. Masih seperti dahulu.

Disini, banyak hal yang pernah terjadi bagiku. Kenakalan khas masa remaja, Proses pendewasaan diri, Persahabatan, Serta pandangan remeh dari beberapa orang. Yach, disini…..

Kamis, 25 Juni 2009

My Dad, My Brother and Egypt

Bukan aku satu-satunya orang yang di dalam keluarga selalu memimpikan cita-cita sekolah di luar negeri. Ada adikku yang cita-itanya pun kuliah diluar sana. Bedanya, aku ingin di Amerika, dia memilih Mesir. Dan ayah, adalah orang yang sangat mendukung hal itu.

Hampir sudah dua tahun adikku menganggur hanya demi cita-cita untuk melanjutkan kuliahnya di Mesir. Entah sudah berapa kali pula dia mendaftar untuk beasiswa. Anehnya, justru ayah yang mendapatkan kesempatan mengunjungi Mesir. That’s life. Unpredictable.

What about my Brother??? Aku yakin hatinya dag dig dug gak karuan menunggu pengumumannya. Saking besarnya rasa ingin tahu itu, entah berapa kali dia menghubungi kedutaan besar Mesir hanya untu kemnanyakan kapan keluarnya pengumuman. Entah berapa kali pula dia mencoba mengubah suaranya.

Dan hasilnya, it is a great thing for him. Akhirnya dia lulus setelah menunggu lama. Pasti ada hikmah di balik itu semua. Tak lama lagi, dia akan segera menginjakkan kakinya di Mesir. Aku??? Entahlah, penantian itu belum juga terbayar. Semoga suatau saat akupun bisa. Semoga

Kamis, 11 Juni 2009

IGS - Stradale in Italia

Aku bukan tipe orang yang sekali gagal lalu malas tuk mencoba. Meskipun telah beberapa kali ditolak buat beasiswa keluar negeri, tapi tetap aja tak pernah putus asa. Dan kini, kembali aku mencoba.

Kali ini, ada Italian Government Scholarships, beasiswa kursus bahasa Italy di Universitas di negeri Pizza. Meski gak ada kaitannya sama Bahasa Inggris, tetap aja aku paksakan buat apply. Apalagi pendaftaranya cuman on-line. Kalau rejeki, gak akan lari kemana. Itali pun akan kurengkuh. Apalagi, setahun ini memang lagi belajar otodidak bahasa Italia ma Spanyol.

Terlepas mau diterima atau tidak, itu tidak masalah. Gagal, coba. Gagal lagi, coba lagi. Masih gagal lagi, masih coba lagi, dan begitu seterusnya. Banyak kok orang yang berkali-kali gagal namun akhirnya bisa berhasil. Kuharap aku salah satunya.

Adios



Rabu, 10 Juni 2009

L'ombrello รจ reale

Jangan terlalu bercepat putus asa, karena di saat kau berusaha pasti kan ada jalan yang terbuka. Jadi ingat pepatah Inggris, Where there is a will, There is a way.

Dan akhirnya, setelah kasat kusut di kampus, masuk ruangan sana-sani sambil nyari anak PBI buat diberi questioner, tak terasa kalau target sample penelitiannya sudah melebihi batas, Huh, jadi senang tak terkira. Lebih senang lagi karena anak murid juga dapat Juara 2 di event basket. So, lengkaplah sudah kegembiraan itu. Ternyata, pelangi itu betul adanya. L'ombrello รจ reale kata orang Italy

Saatnya rehat sebentar sebelum lanjut mengolah data dan konsen ke Skripsi. “The Librarian 3 - Course of Judas Chalice, Seven Pounds, Fast and Furious 4, Nothing But the Truth” Siap untuk ditonton.


Jumat, 05 Juni 2009

Semangat...Semangat...

Dulu, waktu kuputuskan untuk mengambil penelitian survey, kupikir kalau ini akan sangat mudah. It’s look like a piece of cake. Nyatanya, ini tidak seperti kue. Ini jauh lebih sulit, apalagi jika waktu survey bersamaan dengan waktu final semester. It’s getting harder.                                                                                                                                                                                                                    
Semakin parah lagi karena tidak dapat konsen mencurahkan waktu hanya untuk survey saja. Soalnya, disaat yang bersamaan akan ada Final PIKIH program dan juga mendampingi anak asuh untuk ikut pertandingan basket sebagai coach tentunya.                                                                                                                                                                                                                                         
Alhasil, setelah seminggu melakukan survey, jumlah responden belum mencapai setengah. Sementara waktu semakin mepet saja. Setelah final semester, dapat dipastikan kalau tak kan ada lagi mahasiswa yang ke kampus. Buat apa???? That’s their answer.                                                                                                                                                                                                                               
Kalau sudah begini, pasti jadi menyesal kenapa dari dulu-dulu tidak melakukan penelitian. Tapi begitulah penyesalan, selalu datang belakangan. Tidak ada sejarahnya kalau penyesalan datang on-time.                                                                                                                                                            
But life must go on buddy, di balik ujian pasti ada kesenangan. Setelah hujan keras seringkali mucul pelangi ataupun sinar mentari. Kuharap hal yang sama terjadi dalam hidupku.                                                                                                                                                                                                     
Semangat


Jumat, 29 Mei 2009

No Doubt, No Postponement

Semangat 45 untuk menyelesaikan kuliah sebelum bulan Agustus menggelora laksana ombak menderu yang akan menghempas pantai. That’s why, aku putuskan untuk tidak santai-santai lagi, and the first thing that I have to do adalah menyelesaikan research ku.

Meskipun Cuma penelitian bersifat survey, tapi bukan berarti akan sangat mudah melaksanakannya. Belum lagi mengingat jumlah orang yang kan disurvey mencapai 211 orang dari 515 orang. It is not an easy job buddy.

Tapi semuanya harus segera dilaksanakan. Tk ada penundaan lagi. Aku jadi teringat kata-kata Nor Alim Jalil, “Dua hal yang membuat kehidupan manusia tidak berkembang: Ragu dan Menunda”

So, let’s try to start over my plan. No Doubt, No Postponement

Rabu, 27 Mei 2009

Selamat datang di Dunia Orang Bingung

Congratulation, hanya itu yang bisa aku katakan buat teman-teman yang berhasil menyelesaikan study mereka. Dapat kupastikan kalau mereka bergembira sepenuh hati mereka, namun mereka harus sadar kalau sesungguhnya tantangan besar telah menanti mereka.

Banyak diantara wisudawan yang kemudian kebingungan saat ditanya tentang planning kedepannya. Apakah kerja, melanjutkan study ke jenjang S2, menikah atau mungkin santai untuk sementara waktu. Entahlah, itu urusan mereka. Namun sebagai teman yang baik, kuharap mereka mendapatkan yang terbaik.

Untuk mereka yang sedang kebingungan tentang masa depannya setelah S1, aku cuman mau bilang: Selamat datang di Dunia Orang-Orang Bingung Kawan.

Selasa, 19 Mei 2009

Dan Inilah Alasanku Kawan

Pastilah kalian bertanya kawan, kenapa sampai sekarang aku belum selesai dengan studyku. Padahal seharusnya aku bisa menyelesaikannya dengan mudah lalu kemudian berdiri tegap di depan rector dengan kepala sedikit menunduk menanti proses pemindahan ekor toga. 

Tidak heran pula kalau kalian menganggap aku seharusnya malu karena dia yang selama ini kucinta telah siap untuk ujian akhirnya dan akan menunduk di depan rector menanti proses pemindahan ekor toganya. Dan rasa malu itu seharusnya bertambah karena adikku dalam tahap pengurusan studynya di Mesir sana. Yach, harus aku akui kalau aku sedikit tertekan. Tertekan dengan pertanyaan dan pernyataan kalian.

Tetapi tahukah engkau kawan akan sebuah syair, Akan ada alasan atas setiap perbuatan. Dan hal itu berlaku bagiku. Tidaklah mudah memikul gelar sarjana. Apalagi jika pertanyaan itu muncul. Pertanyaan yang sangat kutakuti. “Apa karya yang telah kamu ciptakan ketika kuliah?” Dan jawabannya bukan makalah kawan. Bukan makalah. Aku ulangi. Bukanlah MAKALAH

Aku masih ingin berkarya kawan. Aku masih mencari sesuatu yang dapat kubanggakan suatu saat ketika aku selesai kuliah. Aku tak ingin menjadi mahasiswa tanpa karya. Dan inilah alasanku kawan


Selasa, 12 Mei 2009

Sang Pemimpi

Baru kemarin dia melihat garis tanganku, lalu kemudian menjustifikasiku dengan mengatakan kalau aku lelaki yang lebih mementingkan perasaan ketimbang logikanya. 

Dan baru saja, kembali perasaan kembali berbicara. Air mata itu keluar dengan sendirinya. Air mata yang aku sendiri tak mengerti arti dan maknanya. Air mata yang menetes saat aku membaca “Sang Pemimpi” 

Kurefleksikan diriku seprti Haikal dan Arai, dua manusia dengan cita-cita dan keyakinan yang tinggi jika satu saat nanti mereka akan kuliah di perancis, menginjakkan kaki mereka di atas altar suci Almamater Sorbonne lalu menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Bedaanya, aku ingin ke Amerika. Perbedaan lainnya, Bukan Jim Morrison dan Rhoma Irama yang menghiasi kamarku, tetapi Allen Iverson

Batinku bertanya, kapan pemimpi yang satu ini menggapai mimpinya Tuhan?????

Minggu, 03 Mei 2009

Eat likes a Pig

Kata mereka aku katanya tukang makan. Maunya makan melulu. Gak bisa liat makanan nganggur. Dan perut kayaknya terbuat dari karet. Menurut aku????? Kayaknya benar kali.

Sometimes, I eat likes a pig. iyap, aku memang suka banget sama yang satu itu. Banyak duit yang larinya kesana. Bahkan mengalahkan pengeluaran buat ngenet dan buku.

Saking doyannya makan eunak, selalu aja bawaanya mau makan di warung melulu. Padahal uang sudah menipis banget. Kalau sudah begini jadi ingat kata pepatah,. Ups, Lebih besar pasak dari pada tiang. Kalau gak salah artinya, lebih besar jajan dari pada uang. Ups, entahlah

Senin, 27 April 2009

Glory in a Victory


For the third times we win the tournament. Mau itu eventnya three on three atau lima lawan lima, kalau diadainnya di kampus so pasti kita rajanya. Narsis, mungkin juga sombong. Ceritanya berbeda kalau eventya antar Universitas, kita bawahannya.

Biarpun cuman menang di kampus, tapi sebenarnya susah juga agar bisa juara. Apalagi, beban moralnya beser banget, plus kalau kami yang juara bisa ngirit dana. Kan sebenarnya dana buat juara 1 gak ada. Ini rahasia lo.

Yach, mau diapa lagi, 3 tahun berturut-turut juara, tiga tahun pula gak pernah dapat uang pembinaan. Kalau saja yang lain tahu kalau hadiah mereka lebih banyak dari yang juara 1. Emang gue pikirin!!!!

Untungnya,biar gak dapat doku, temen-temen tetap semangat. Title juara itu loh plus kecintaan ma basket. Yach, We Love this Game

Rabu, 22 April 2009

Finally, Seminar


I don’t exactly what I have to write. Tapi sueneng rasanya saat ini. Lega karena akhirnya bisa seminar setelah sekian lama didesak ortu untuk seminar. Karena seminarnya bersamaan dengan hari bumi, maka tema background buat power pointnya pun bertema hari bumi.

Meski sempat dapet protes dan masukan dari beberapa temen serta dosen terkait dengan isi seminarnya. Tapi jalannya seminar lancarlah. Setidaknya satu langkah telah selesai. Sisa bersiap untuk level selanjutnya lagi.

Hasil seminarnya, aku putuskan kemudian mengubah judul menjadi: “Addressing Students Personal Interests on Humor in Teaching as Learning Motivator in Foreign Language Classroom”

Mungkin saja suatu saat nanti aku jadi ahli dibidang humor dalam pengajaran.

Kamis, 09 April 2009

Surat Tuk Anggota Dewan

Pemilu sebenarnya bukan jaminan buat perubahan bangsa yang lebih baik. Tapi bukan berarti aku harus memboikot pemilu, lalu masuk golongan putih. Macam orang hopeless aja. Makanya aku tetap memilih.

Sambil ikut memilih, aku juga membuat surat buat calon anggota dewan yang terhormat. Suratnya aku masukkan ke dalam kotak suara. Besar harapan kalau suratnya nanti dibaca oleh anggota dewan. Kalau nggak juga ngga papa kok. Isinya:
                                                             
Indonesia, 9 April 2009

Calon Anggota Dewan Yang Terhormat

Hari ini kami memilih untuk tidak GOLPUT demi saudara. Saudara kami pilih sebagai wakil pembawa aspirasi kami. Saudara terpilih karena kami. Saudara ada Karena kami. Dan harap saudara selalu mengingat hal itu. SAUDARA ADA KARENA KAMI ADA

Kursi panas yang nanti saudara duduki adalah kursi dari kami. Kursi itu seharusnya saudara duduki untuk memperjuangkan hak-hak kami, BUKAN kursi untuk memperkaya diri saudara pribadi. Sekali lagi, BUKAN UNTUK MEMPERKAYA DIRI PRIBADI

Jika satu saat nanti saudara menyepelekan amanat kami, yakin saja saudara berdosa kepada kami. Dan untuk dosa itu kami tak akan pernah memaafkan. TAK ADA KATA MAAF UNTUK AMANAT YANG DISEPELEKAN

Menjadi wakil rakyat tidaklah mudah, Persiapkan hati dan mental saudara. Akan ada banyak uang rakyat yang seringkali kan menggoda. Dan semoga saudara tidak tergoda. Disaat saudara merasa tak kuat lagi menghadapi godaan itu, besarkan hati saudara untuk berhenti dari jabatan suadara. Karena jika saudara tergoda, saudara tau sendiri akibatnya. SAUDARA TERGODA, SAUDARA BERDOSA, SAUDARA KAN DIPENJARA, SAUDARA MASUK NERAKA

Tertanda

Rakyat Indonesia

Rabu, 08 April 2009

Seems Like Second Semester

Biarpun sibuk ngurus skripsi, bukan berarti basketnya ditinggal. Tetep melatih, dan juga tetap berlatih. No reason to leave this game buddy.

Bahkan, sekarang lagi sibuk juga buat nyiapin basketball tournament. The first basketball tournament ever di Kampus yang gak lama lagi bakalan digusur. Dengan kata lain, ini event basket pertama sekaligus yang terakhir dikampus tercinta.

Serasa flashback ke semester dua. Waktu masih cupu-cupunya. Ngadain event basket juga tapi 3 on 3 doang. Bermalam di kampus. Rapat ampai tengah malam. Tidur tak beralaskan kasur. Ngecet lapangan. Serta nombok sana-sini karena dana gak cukup. 

Keadaan sekarang gak jauh beda. Bermalam di kampus di temanin lolongan anjing dan ganasnya nyamuk. Rapat sampai tengah malam. Cat ring sampai cat lapangan, dan hal-hal lainnya. Untunglah, gak samapai nombok karena dana masih cukup cing.

Yup, it seems like I am still at the second semester lah.


Sabtu, 04 April 2009

We ain't Crazy


Mumpung lagi libur, buareng temen-temen kita rencanain ke lokasi KKN nya anak KKN. Mungkin aja orang lain bakalan nanya buat apa? Tapi buat kami, disnilah indahnya persahabatan. Apalagi, bisa dapat suasana baru yang lebih segar euy ketimbang kota yang penuh dengan polusi. 

Karena perginya bareng-bareng, makanya harus minjam mobil ayah. Berangkatnya sendiri telat 2 jam dari rencana. Biasa, ON TIME itu bukan kebiasaan. Kejutaaaaaaaaaan, jualan nya juelek banget. Sumpah. Lubang sana. Lubang sini, lubang dimana-mana. Rasanya di guncang terus di atas mobil.

Tapi semuanya terobati saat bertemu temen. Senyuman dan sambutannya jadi penawar lelah. Belum lagi suasana desanyaMumpung lagi libur, buareng temen-temen kita rencanain ke lokasi KKN nya anak KKN. Mungkin aja orang lain bakalan nanya buat apa? Tapi buat kami, disnilah indahnya persahabatan. Apalagi, bisa dapat suasana baru yang lebih segar euy ketimbang kota yang penuh dengan polusi. 

Karena perginya bareng-bareng, makanya harus minjam mobil ayah. Berangkatnya sendiri telat 2 jam dari rencana. Biasa, ON TIME itu bukan kebiasaan. Kejutaaaaaaaaaan, jualan nya juelek banget. Sumpah. Lubang sana. Lubang sini, lubang dimana-mana. Rasanya di guncang terus di atas mobil.

Tapi semuanya terobati saat bertemu temen. Senyuman dan sambutannya jadi penawar lelah. Belum lagi suasana desanya yang masih nature. Dan sudah diduga, seperti biasa penyakit gila fotonya mulai keluar. Jepret sana-sani macam baru aja liat kamera.

Menjelang sore kita pun pulang. Melewati jalan rusak yang entah kapan akan diperbaiki. Tak lupa melewati kampus baru kami. Kami menyebutnya kampus 2 Samata. Agak terpencil sih, dengan bukit di depan gerbangnya.

Tapi siapa sangka, dibalik bukit itu ada keindahan tersembunyi. Maha karya Sang Pencipta. Dan rasa pensaran dan kegilan akan fotolah yang membawa kami kesana. Tak peduli orang menganggap kami kurang kerjaan. They may say that we are crazy enough. But we don’t really care about it. Here we are. We ain’t crazy.

Minggu, 22 Maret 2009

Missing My Spare Time

Sibuk buanget. Mulai dari ngajar di tempat KKN plus sampai ngajar di PIKIH. Belumlagi melatih basket sampai ngurus skripsi. Serasa waktunya habis hanya buat hal-hal tersebut. Seems like something lose. Ada yang hilang dan itu adalah waktu luang ku.

Aku butuh banget waktu luang. Time to read, to write and to think over. Gara-gara gak punya waktu luang, beberapa buku baru masih terbungkus rapi dan belum sempat dibaca. Belum lagi cerpen-cerpen yang butuh finishing touch juga gak diselesaiin. Kayaknya ane berubah jadi gak kreatif nich. 

Duuuuhhhhh, please gimme time. I miss my spare time please!!!! Anybody can give me??? 


Kamis, 19 Maret 2009

Let Them Speak

Akhirnya temen-temen pergi KKN juga. Belum beberapa hari, komentar-komentar mereka dah bejibun banget. Ada yang senengnya bukan kepalang, gara-gara dapet tempat yang penuh dengan buah-buahan. Masyarakat yang ramah bukan main. Sampai desa yang ada supermaketnya. Belum lagi makanannya yang 7 sehat 9 sempurna. Gile

Tapi ada juga yang ngomel sana sini gara-gara tempatnya kering banget. Jalanan yang rusak. Kamar yang kayakanya gak pernah dibersihin selama 4 taun. Kendaraan yang gak ada Sampai-sampai hp yang harus digantung biar bisa dapet signal. Lebih Gile

Buat mereka yang seneng bukan kepalang, happy to hear that buddy. Tapi buat yang dongkol, sabar aja. Pasti ada hikmah dibalik itu semua. 


Kamis, 12 Maret 2009

Say No!!!!!

KKN profesi seharusnya tetep menyenangkan. Tapi kenapa semuanya gak seindah yang kuinginkan. Andai saja, aku yang bisa mengatur apa yang akan terjadi. God, Make it so much fun.

One thing that I hate it more, adalah guru yang mengajak (baca memaksa) untuk masuk MLM. Yup, Multi Level Marketing. Mau apapun nama MLM nya, yang pasti aku gak tertarik. Celakanya, hamper tiap ke sekolah diajak masuk MLM dengan 1001 alasan. Padahal, udah dibilangin kalo aku kagak mau. Ehhhh, tetap aja di ajak dan diajak. Aku jadi ilfeel buanget. Sumpah, diajakin 1000 kalipun, I will say No.

Mereka mungkin piker kalo aku gak tahu gimana systemnya. Padahal aku dah kenal MLM sejak SMU. So, I know much better lah soal yang satu ini. Apalagi kalo cara prospeknya amatiran plus maksa-maksa. Masa cuman setor duit terus tidur-tiduran kita bisa dapat duit. Mimpi aja kali ye. Sorry banget, untuk urusan kali ini I am still say No.

Seharusnya, KKN profesi menyenangkan, tapi kenapa harus ada MLM??? Jadi dongkol sendiri. Jadi malas sendiri. Pingin rasanya cepat selesai KKN profesi. 


Selasa, 03 Maret 2009

Internet Addicted

Peringatan pemerintah, internet dapat menyebabkan ketagihan, gangguan keuangan dan kehabisan duit.

Aku kenal internet sejak SMA. Itupun karena dikenalin ma temen. Kalo gak salah, dulu kerjanya cuman searching gak jelas. Sekarang, ceritanya berbeda. Gara-gara udah addicted tingkat tinggi dengan internet, hamper semua kegiatannya tergantikan. Kurang makan gara-gara ngenet. Kurang tidur gara-gara ngenet. Kurang olahraga gara-gara ngenet. Bakan kurang bersosialisasi gara-gara internet. Bukan cuman itu, kekurangan duit pun juga gara-gara ngenet soalnya seluruh kran duit larinya kesana

Maunya online terus tiap hari. Gak heran, meskipun udah ada speedy di rumah. Rasanya gak pernah cukup. Wajar kalau kemudian sering singgah ke warnet ngehabisin duit. Furthermore, untuk urusan skripsi juga bahannya dari internet.

Tapi kalau begini jadinya, jadi tersiksa sendiri. Duit bayarin warnet kan duit jajan bulanan. Apalagi, biaya internet di negeri tercinta ini terhitung sangat mahal di dunia. Plus jaringan yang terhitung jelek. Saking mahalnya, biaya nya 300 kali lipat dari biaya ngenet di Jepang.

Kalau saja ada calon legislative yang programnya nurunin biaya internet, Kayaknya bakal buanyak yang milih deh.


Selasa, 17 Februari 2009

Hidup Pasti Begini

Gara-gara dapat sms mendadak, pagi sebelum pukul tujuh pagi langsung cabut ke kampus. Baju rapi, celana disetrika, sepatu disemir, namun otak kebingungan. Secara, kok secepat ini KKN profesinya dilaksanan? Padahal KKN benerannya aja belum diadakan. Temen-temen yang lain juga masih pada di kampoeng.

Tiba di kampus, rencana ngaret seperti biasa. Alasannya, gak ada dosen yang mau mengantar kita ke sana. Yang menyakitkan, kudengar dari teman kalo ada dosen yang bilang KKN profesi gak punya dana. Makanya gak ada panitia untuk hal ini. Huh, apakah semuanya harus pakai uang? 

Mau tak mau berangkatnya pun sendiri-sendiri. Gak disangka, tempatnya lumayah jauh dari kampus. Uniknya, meski sekolahnya kecil tapi tetap punya lapangan basket. Gak enaknya, kita disambut tampa perwakilan dari kampus. Kami mewakili diri sendiri.

Kejutan belum berhenti. Bapak Direkturnya sudah sangat tua. Tapi siapa sangka, diusianya yang begitu tua dia masih sanggup memberikan “pelajaran berharga” buat murid yang gak shalat sunnat. Aku jadi shock dibuatnya.

Ambil positifnya saja, Hidup memang begini dan pasti begini. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Kita hanya dituntut untuk menjalaninya. Hal lainnya, hidup itu penuh warna. Apalagi kita sebagai manusia pun turut memiliki warna masing-masing yang pasti berbeda. Warna dalam berbuat, warna dalam bersikap, dan warna dalam memandang sesuatu.

Dan hidup pastilah begini.

Sabtu, 14 Februari 2009

The Day We Call Valentine

It’s full of pink, flowers chocolate and love in everywhere. It’s Valentines Day. The day when Saint Valentines dead. For some people, it’s a love day. My question, Should we celebrate it? Saya ulangi, Haruskah kita merayakannya??

But, I don’t wanna be a judge here. Saya bukanlah ahli dalam menghakimi seseorang. Bagaimanapun itu, semuanya kembali kepada diri kita masing-maing. Bagi yang tidak merayakannya silahkan. Bagi mereka yang merayakannya pun silahkan. Saran saya, Do Not celebrate it by doing a negative thing!!!

Dan di saat jalan dipenuhi pasangan muda-mudi dengan malam valentine mereka, Aku justru berdiri di sisi lapangan basket. Berteriak, memperhatikan anak didik ku bertanding memperebutkan tempat ke-tiga. Sebuah pertandingan yang begitu menguras tenaga dan emosi di malam valentine.

Untungnya, malam ini malam keberuntungan kami. Skor akhir berpihak kepada kami dan peringkat ke tiga pun menjadi milik kami. Aku senang, terlebih mereka yang bermain mati-matian demi sebuah trophy. Aku jadi ingat saat pertama kali melatih mereka. “Saya datang untuk membawa kalian berprestasi”

Kalaupun malam ini valentine harus dirayakan, maka juara ini adalah hadiah valentine ku sebagai seorang pelatih.

Rabu, 11 Februari 2009

Seminar, It's about cake

Kayaknya, temen-temen sudah selangkah lebih maju dalam penyusunan skripsi. Mungkin saja karena mereka begitu terobsesi untuk segera selesai atau justru aku yang memang malas untuk segera menyelesaikan draft skripsi aku.

Gak heran kalau teman udah mulai manggil sana sini buat ikut presentasi draftnya. Bahasa kerennya seminar. Entah telah berapa kali aku mendengar ada anak yang seminar. Tapi yang jelasnya detail seminar itu aku gak tahu. Sampai kemudian, kesempatan buat menghadiri seminar itu datang juga.

And you know what???? Seminar. It’s about cake buddy. Biasa aja. Apalagi kalau mengingat dulunya kami juga pernah punya mata kuliah yang namanya seminar. Sama prรฉcis. Yang sedikit berbeda pada makanannya. Jika waktu kuliah dulu kita seminar biasa-biasa aja, kali ini kita seminar dengan sekotak kue sebagai hidangan.

Pertanyaannya, bagaimana dengan seminarku nanti??? Hauskah dengan kue??? I don’t know exactly. Mungkin buah bisa jadi alternative lain.

Kamis, 05 Februari 2009

Karena Hidup Adalah Persoalan Memilih

Life is a matter of choice buddy, Hidup hanyalah persoalan memilih bung. Begitu kata salah satu dosenku. Dan memang begitulah memang kenyataannya.

Setelah menempuh kuliah, pintu KKN terbuka lebar. Dan hal ini sesungguhnya menjadi sesuatu yang sangat dinantikan mahasiswa. Menjadi mahasiwa KKN di kampoeng orang. Tinggal di rumah kepala desa, dan jika beruntung bisa pede kate ama anak pak desa. Serta ratusan kegiatan lainnya.

Namun hidup memanglah persoalan memilih. Kuputuskan untuk tidak mendaftar diri sebagai mahasiswa KKN. Sebagai gantinya, aku kemudian mendaftar KKN profesi. Ngajar di sebuah sekolah selama dua bulan lebih.

Bukan tampa alasan kulakukan ini semua. Banyak hal yang mendasarinya. Tim basket aku di kampus, Anggota basket aku di MTs, Skripsi yang bakalan aku kebut, Jadwal ngajar di PIKIH program, Novel yang gak jadi-jadi, Buku angkatan dan Yayang yang juga KKN profesi.

Yah, beginilah hidup. Ada saat dimana kita harus memilih. Sekali lagi, life is a matter of choice buddy, you take a choice you get a risk.

Sabtu, 31 Januari 2009

Detik Terakhir di Sabtu Pagi

Rasanya masih kemarin kita mulai masuk kuliah. Berkenalan lalu kemudian menumpahkan segala perasaan. Canda tawa, sedih, amarah, gelisah, muak serta semua rasa yang pernah ada. Dan siapa sangka, hari ini adalah hari terakhir kita kuliah. Hari terakhir kita bertemu dalam kelas untuk sebuah mata pelajaran sebagai mahasiswa.
Aku yang dulunya cupu, kini tak lagi secupu dulu. Begitupula kalian yang dulunya kampungan sudah tak sekampungan dulu. Kalian sudah pernah ke mall. Datengin Al-Markaz, dan mungkin juga udah nonton bioskop. Semuanya karena kalian kuliah di sini.

Tak kan ada lagi suara ribut kita yang mengganggu mahasiswa lain yang sedang kuliah. Ataupun raungan suara cempreng kita yang lagi ngerencanain buat acara entah berantah ataupun rekreasi yang tak jelas mau kemana. Tak akan ada lagi semuanya.

Dan tampa kalian sadari, kulihat kalian. Aku sedih, takut kehilangan kalian semua. Namun kalian kulihat semua biasa-biasa saja. Tak ada raut sedih di muka kalian. Entah kalian munafik untuk memperlihatkannya. Atau memang kalian menganggapnya biasa saja.

Hari ini hari Sabtu, hari dimana Seminar sebagai mata kuliah terakhir kita.
Hari ini hari Sabtu, hari dimana tak ada lagi kuliah setelahnya.
Hari ini hari Sabtu, hari terakhir kita kuliah.
Hari ini, I will miss it.

Selasa, 27 Januari 2009

We Come, We Fight, We Win

Satu hal yang membuat aku begitu menyenangi kuliah di kampus ini tak lain karena basketnya. Bersama senior kurintis tim ini. Dari dulunya kampus yang tak punya budaya basket. Sampai menjadi kampus yang punya lapangan basket. Maka tak heran kalau aku begitu membanggakan timku.

Meski tampa bantuan dari Universitas kita tetap melaju, menderu menembus batas demi satu tujuan. Bermain basket. Entah berapa kali tim ini kami bawa bertanding membawa nama kampus. 12 Event dengan 34 kali pertandingan. 26 kali kalah dan 8 kali menang. Meski memalukan, we are still proud of this team.

Dan setelah 3 tahun perjalanan, niat untuk menjadi ketua itupun tercapai meski tampa bayaran sepeserpun. Semua kulakukan karena kebanggaan. Sampai ahirnya, tibalah kami pada event ke 13 kami. Economics Basketball Competition “BEBAS 6”. Dan dengan sekumpulan pemain baru yang belum berpengalaman. Kami mantapkan hati untuk bertanding. We come and we fight.

Alhasil, dua pertandingan penyisihan kami kalah telak lagi. Namun nikmat kemenangan akhirnya terasa di pertandingan ke tiga. UIN Basetball Community akhirnya bisa menang tipis menghadapi Ekstensi Ekonomi UNHAS dengan skor 12-10.
Indahnya sebuah kemenangan. Apalagi kalau mengingat kalau ini kemenangan kami setelah 7 bulan. Yup, we come, we fight, and we win.

Selasa, 20 Januari 2009

2009 : My Big Hope

Tahun 2008 mungkin aja jadi tahun paling menyakitkan buat ku. Tapi nyesel gak bakalan mengubah keadaan coy Saatnya ngebuat resolusi tuk tahun 2009. Something to do. Something that can change you. Something big that can guide you to the brief future. So, plan it, do it, and prove it.

Tapi ternyata gak mudah membuat resolusi buat tahun ini. Dan setelah dilist, ternyata harapan tahun ini bejibun banget. Entah ini pertanda kalo aku ini tipe orang yang punya harapan besar, muluk-muluk, atau apalah. Tapi akan kuusahakan untuk memebuktikannya. Once again: Plan it, Do it, Prove it.

And here we are:
  • Berharap hidup lebih baik dari yang kemaren. Pastilah
  • Tamat Al-Qur’an 2 kali, yang ini harus banget. Alumni pesantren ko gak tamat. Apa kata pak Uztads.
  • Pertahankan hubungan ma yayang. Tiga tahun udah berlalu. Masih ada ratusan tahun lagi untuk dijalani.
  • Ngelupain kepahitan tahun 2008. Sedihnya kok gal habis-habis. Padal udah usaha 1001 macam cara.
  • Namatin semua novel karya Andrea Hirata. Dari Laskar pelangi sampai Maryamah Karpov
  • Bisa punya Hp baru. Biar bisa on-line lewat hp. Bete??? Online aja!!!
  • Beli Fash Disk baru. Malu pakai punya bokap terus.
  • Langganan TV kabel. Asal bayarannya gak kemahalan.
  • Punya sepatu basket baru. Maklum, sepatu basket aku udah rusak. Meskipun udah berusaha diselamatin berkali-kali. Namanya ajal sepatu. Gak bisa ditambah maupun ditunda sedikitpun.
  • Nambah 25 koleksi buku. Terserah. Mau fiksi atau non fiksi. Intinya buku.
  • Nerbitin Novel pertamaku. Untuk yang ini mohon doanya. Novelnya aja belum kelar.
  • Jadiin motorku lebih kuning lagi. Makin cling makin gampang ditandain. Makin kentara deh kalo aku yang ke kampus.
  • Publish cerpen di majalah-majalah. Ada honornya dong.
  • Buat 100 cerpen. Tahun kemaren gak sampai 100. Tahun ini harus. Apalagi udah punya blog buat cerpen-cerpen aku.
  • Punya dua buah buku cerita karya sendiri. Terserah mana yang duluan selesai. Arivedercy la mia Universita, Mannuruki: Habitat Mahasiswa, My English, atau Bukan Laskar Pelangi.
  • Dapet uang lewat blog. Amin, amin, amiiiin.
  • Punya 100 teman orang Amrik di myspace. Biar bisa curhat kalo aku kepingin banget ke Amrik. Someone outside there, could you bring me out to USA?
  • Rajin nge-update semua blog. Must be
  • Punya nilai TOEFL 550. Penting banget nih. Secara, sekarang baru punya 500 an.
  • Lulus S1. Bulan enam atau bulan dua belas??? Masih bingung.
  • Dapet beasiswa ke luar negeri. Obat luka paling manjur.
  • Jadi “The naked traveler” di Bali. Bareng d’boiz. Terus pengalamannya dijadiin buku.
  • Beli Tv tuner. Supaya nontonnya kagak diganggu lagi.
  • Belajar bahasa Itali. Kali ini harus hapal banyak kalimat. Jangan cuman tau perkenalan doang.
  • Bisa bahasa Spanyol. Bisa gak ya????
  • Tulisannya muncul di Koran. Selain dari cerpen pastinya
  • Nabung di Bank. Jadi malu karena belum nabung di bank sejak resign pas tamat SMA.
  • Ngumpulin sertifikat. Gak penting sertifikat apaan. Yang penting dapet sertifikat.
  • Bawa tim basket UIN menang dari UNHAS. Semangat 45 nih. Biarpun susah. Namun harus usaha.
  • Ngunjungin sekolahku yang dulu. Lama banget gak ke Pesantren. Rindu suasananya, makananya, hukumannya, ustasnya, dan tentunya lapangan basketnya.
  • Punya big had set. Biar keliatan kayak pemain dj trus bisa dengerin musik tampa ganggu orang lain.
  • Beli kamera digital. Jelek-jelek gini, tetap aja butuh kamera. Mang kamera diciptakan hanya untuk orang gagah? Nggak kan.

Jumat, 16 Januari 2009

The 3rd Anniversary

Am I a good boyfriend? I don’t know exactly the answer. But one thing for sure, we have spent three years together.

Meski bukan lelaki tampan bin ajaib dengan duit segerobak plus mobil Ferrari merah yang masih mengkilat. Toh kenyataannya kita tetap bisa bersama. Semua karena satu hal. Cinta.

Waktu memang berlalu begitu cepat. Masih serasa kemarin aku nembak dia. Nembak sambil malu-malu kucing gara-gara gak tahu harus bilang apa. Belum lagi perasaan takut yang ga jelas. Takut diterima, tapi takut juga ditolak. Aneh. Harap maklum aja, baru pertama kalinya aku nembak yang namanya cewek.

Tapi siapa yang sangka, cowok hitam yang gak ganteng ini ternyata bisa mempertahankan hubungannya selama 3 tahun. And today is our 3rd anniversary. We are proud, we are happy, and we are going to celebrate.

Makasih say untuk semuanya. Tiga tahun akhirnya kita lalui bersama. Di depan sana, masih ada ratusan tahun lagi untuk dilalui. Amien

Rabu, 14 Januari 2009

Demokrasi Kampus. Karena Nyoblos itu Penting

Jangan pernah mikir kalau soal nyoblos hanya untuk milih Presiden, Gubernur, atau Bupati di suatu daerah. Demokrasi gak sesempit itu. Di kampus pun ada demokrasi. Demokrasi murah tapi bukan murahan. Demokrasi tampa perlu menghamburkan duit sampai milyaran. Sebuah demokrasi bagi mahasiswa. Penentu ketua HMJ dan BEM yang baru.

Dan hari ini demokrasi itupun dilaksanakan. Meski udah kakeknya mahasiswa karena udah semester tujuh, tapi panggilan untuk milih itu tetap ada. Setidaknya, satu suara gak kebuang percuma. Satu suara yang mungkin saja bisa jadi penentu. Satu suara dari seorang mahasiswa tua yang tetap berpeluh asa.

Tak ada kata tidak untuk demokrasi. Tak ada kata tidak untuk nyoblos. Karena nyoblos itu penting. Demi aku, dan juga junior-juniorku.

Hidup Mahasiswa

Selasa, 13 Januari 2009

Thanks Mr. Clarke

Meski udah masukin judulnya 2 bulan yang lalu, tapi tetap aja skripsi itu masih terbengkalai. Secara, aku dibuat bingung dengan calon skripsi aku sendiri. Rencana kepingin menghadap sama Ibu Jurusan pun selalu tertunda. Pasalnya, aku harus permantap persiapan dulu. Gak asal hantam sana, plus ngandalin semangat 45 tampa persiapan.

Usaha sebetulnya udah dilakukan. Download buku-buku yang related dengan makalah pun udah dilakukan. The last problemnya adalah, aku belum temukan test psikologi untuk menentukan seseorang humoris atau tidak. Dan ini tentunya bakalan jadi kendala. Gak heran kalo kemudian jadi rajin online. Browsing sana sini cuman buat nyari test. Hasilnya, Nihil. Kok gak ada sih.

Keadaannya berubah saat kenal Mr. Clarke. Lengkapnya, Prof. Alastair Clarke. Seorang professor asal Inggris yang aku lihat di internet. Berbekal 100% nekad, aku kirimin Mr. Clarke email mohon bantuannya. Suprisingly, dia ngejawab dan siap membantu. Bukan cuman itu, Prof juga ngirimin aku tulisannya husus buat aku terkait dengan guru humoris di dalam kelas.

Dari Mr. Clarke aku tahu kalo susah buat dapetin soal macam itu. Masalah humoris seseorang itu subjective dari pandangan dan pengalaman seseorang yang menilai. Karena bisa jadi kita nganggap dia itu humoris, tapi orang lain justru menganggap bahwa dia itu bukan humoris.

Yach, semua karena Mr. Clarke. Meskipun aku gak pernah bertemu. Namun aku yakin, banyak orang di luar sana yang berhati mulia dan siap membantu. Masih ada Mr. Clarke yang lain yang mau membantu orang meskipun tak dikenalnya. Satu kata, Thanks Mr. Clarke

Kamis, 08 Januari 2009

AIYLEP-Road to Australia

Banyak jalan menuju Roma. Begitu kata pepatah yang selalu aku dengar. Tapi bagi aku pepatah itu berubah menjadi, Banyak jalan menuju luar negeri. Bukan maksudku mentang kata pepatah, tapi bagi aku bukan Roma yang teepenting di sini. Tapi luar negeri. Untuk hal itu, aku telah berjanji dalam hati untuk bisa menggapinya. Apapun akan aku lakukan. Dan kembali kali ini, kembali aku dapat berita program pertukaran remaja muslim Australia-Indonesia. 

Programnya bernama Australia-Indonesia Young Leaders Exchange Program. Aku menyingkatnya menjadi AIYLEP. Meski aku sadar kalo aku bukan remaja muslim yang baik dan terkadang melakukan hal yang dilarang agama, tapi aku tetap aja berusaha mendaftar untuk program ini. Setidaknya kau berusaha. Aku gak peduli lagi hasilnya kemudian. Setidaknya, jika aku terbiasa untuk mendaftar program keluar negeri. Kedepannya hal ini menjadi hal yang biasa buat aku. Such as an easy thing lah.

Gak perlu terlalu banyak form yang aku persiapkan untuk program ini. Gak seperti waktu aku ngikutin IELSP dulu. Untuk surat rekomendasinya kuminta dari Bokap sendiri. Yang satunya lagi dari bapak PD III aku di Fakultas. Thanks untuk itu. Alasannya, aku malu minta surat rekomendasi dari Ibu Jurusan lagi. Yang gak berubah, kebiasaan ngirim aplikasi sebelum deadline tetap dilakukan. Dan TIKI tetap jadi tempat pengiriman yang terpercaya.

Keluar dari TIKI, perasaan lega. Gak ada kekhawatiran gak diterima lagi. Semuanya udah aku serahin ma yang kuasa.

Saatnya menyusuri Makassar yang panas lagi. Online lagi, Nyari program beasiswa lagi. Berpeluh dengan asa lagi. Membiarkan waktu membawaku kepada suratan takdir yang seharusnya terjadi. Lagi, lagi, lagi, dan lagi.


Kamis, 01 Januari 2009

Lost in New Year

Hampir empat tahun kuliah, tapi toh kenyataannya kita gak pernah merayakan tahun baru bersama. Gak heran kalo tahun baru ini kita paksain buat ngerayinnya bersama. Tujuannya gak jelas kemana. Namun intinya, kita harus bersama. Dan malam itu, dengan tujuh motor, kita bersama menembus malam buat menyambut tahun baru.

Gila, crowded banget. Meski sempat hujan tapi tetap aja animo masyarakat Makassar begitu selangit. Dan gara-gara terlalu crowded, kita sampai harus terpisah. Aku, Ramon, Hasbi, Bam dan Nada dalam satu kelompok. Nasir, Opik dan yang lainnya entah kemana. So, jadi deh hp menjadi satu-satunya alat komunikasi. Mana susah buat nelpon lagi.

Bukan cuman itu, biarpun udah janijan buat ketemuan di satu titik, tetap aja susah banget. Secara, bang police menutup jalan-jalan menuju tempat tersebut. Tapi toh kami tetap aja berusaha. Saking berusahanya, kita sampai tersesat di jalan Nusantara. Jalan yang selama ini jadi pusat jajanan seks di Makassar. Wah, wah betul-betul nih jalan. Yang cowok mudah aja nyerocos pipis dipinggir jalan Dan eits, ada cewe yang nyimpanin hpnya di tokek. Sadar dong mba, Hp kok di taruh di tokek. Kan udah ada tempat hp. Primitif banget sih.

Sampai pukul 11.40 malam kita masih belum ketemu juga. Meskipun kita udah habisin hamper tiga jam dijalanan doang. Akhirnya kita mutusin buat nikmatin acara tahun baru. Ketemuannya entar aja. Gak lama berselang, jutaan warga yang menyemut akhirnya dibuat takjub dengan pesta kembang api menyambut pergantian tahun baru. Meski gak semegah kembang api di Hongkong yang aku saksiin di TV, tetap aja kita takjub dibuatnya. Aku sendiri nyaksiin di lantai atas sebuah bangunan.

Lama berada di ketinggian. Akhirnya kita turun juga. Apalagi kita liat orang-orang udah pada balik. Gak disangka, kita akhirnya ketemu anak-anak yang lainnya. So, kitapun kembali bersama-sama. Dan sekali lagi, gara-gara crowded banget kita kembali berpisah dan hilang satu sama lainnya. Untunglah, factor perut membuat kita bisa berkumpul kembali.Yah, kita sms an buat ketemuan di satu titik lagi lalu berangkat bersama menuju warung sari laut di depan kampus. Makan

Malam itu kita balik sekitar jam 3 lewat. Bobonya di kostnya Nasir aja bersama-sama Boyz 05. Yang cewek tentunya di kosnya masing-masing. Malam itu pasti bakal dikenang. Perjalanannya, macetnya dan juga tersesatnya. Aku menyebutnya Lost in New Year.

Jadi teringat lagunya lamarhum Chryse. “Masa-masa paling indah. Masa-masa di kuliah”
konro soup project /

My Colorful Life

My Colorful Life