Senin, 29 Desember 2008

''Agama Baru'' itu Bernama TV

Pak Hamdan tiba-tiba aja masuk kelas menggantikan Kak Asrul yang biasanya ngajar. Gak lupa ngajakin kita ikut paket tambahan dari mata kuliah yang diajarkannya. Alasannya, mata kuliahnya adalah mata kuliah tergampang di dunia. So, biar lebih komplit, ditambahain aja dengan paket lain.

Paket tambahannya lain dari yang lain. Kita ngikutin kajian menyambut tahun baru Hijriah. Yang jadi pembicaranya Pak Hamdan sendiri. Untuk judul temanya agak sedikit menggelitik dan menarik. “TV sebagai agama baru”

Kegiatannya sendiri diadain di mesjid Al-Muhajirin. Jamaah membludak malam itu. Wajarlah. Kalo semua anak PBI angkatan 05 digabungin, jumlahnya aja hampir 100 orang. Belum lagi masyarakat yang tinggalnya disekitar masjid.

Kita dapat teguran pada malam itu. Betapa kita telah banyak menghabiskan waktu kita didepan tv. Yah, stupid box itu sesungguhnya memberi dampak negative dalam beberapa aspek. Membuat kita begitu santai dan bermalas-malasan dalam menjalani hidup. Bukan cuman itu, gara-gara tv banyak hal yang sekaitan dengan agama yang seringkali tertunda. Shalat yang gak tepat waktu karena ada sinetron yang ingin ditonton. Atau bahkan lupa shalat karena nonton acara dandutan. Gak heran kalo tv kemudian disebut sebagai ‘Agama baru”. Olehnya itu, kita seharusnya selektif dalam memilih tayangan.

Meskipun begitu, Aku tetap saja menonton TV. Namun tentunya bukan sebagai agama. Aku sudah punya agama kok.

Senin, 22 Desember 2008

Bukan Big Match Biasa

Sejenak lupakan kegagalan ke Amrik. Back to the real word. Dan jalani semuanya dengan senyuman. Apalagi, ada Big Match. Pertandingan futsal anatara anak-anak PBI 1-2 dan anak PBI di kelasku.

Meski pertandingannya nanti gak bakalan seseru Inter vs Milan, MU vs Chelsea, atau Madrid vs Barcelona, tapi tetap aja title nya Big Match. Soalnya, untuk pertama kalinya sejak sejarah masuknya kita ke kampus, inilah untuk pertama kalinya kita bakalan saling beradu ketangkasan di lapangan futsal. Untuk pertandingannya sendiri bakalan di adain di lapangan yang betul didesign buat main futsal dengan rumput sintesis tentunta. Apa gak keren tuh???

Meski dibalut rasa sedikit gak pede karena cowoknya di PBI 1-2 pada hebat maen bola. Sedang kita gak ada yang biasa main futsal, tetep aja semangat 45 berkobar dalam dada. Alhasil, saking semangatnya pas tiba di tempat pertandingan, semuanya lansung aja nendang bola kesana kemari tampa pemanasan.

Gak lama berselang, Big Matchnya pun dimulai. Satu menit, dua menit, tiga menit, dan gol pun buat anak PBI 1-2. Pertandingan kemudian dilanjutkan lagi, dan lagi-lagi gol buat anak PBI 1-2. Selanjutnya, dapat ditebak. Gol, gol, gol dan gol lagi tapi untuk PBI 1-2.

Dan setelah bermain dua babak, skor akhir 20-4. Pastinya kita yang ngegol 4. Aku satu dan mantan ketua tingkat dapat tiga. Wajarlah, peraturan futsalnya kita gak tahu kok. Posisinya kita juga gak tahu. Dan staminanya kita kalah jauh. Jauh banget.
Namun meskipun begitu, tetap aja kita merasa kalo kita yang menang. Setidaknya menang semangat dan menang dalam pengambilan gambar. Kita punya banyak foto. Yang bisa dijadiin kenangan. Plus luka di lutut yang kita dapatkan.

Esoknya, ketahuan kalo semalaman semua badan kita sama-sama pegal. Aku pegal, Ramon pegal, Nasir pegal, Rusdi pegal, Hasbi pegal, Nunuk pegal, Opick pegal. Jangan kapok kawan, kapan-kapan kita main lagi.

Makasih buat temen-temen yang udah datang nonton. Ikutan teriak, ngambilin foto, dan beliin air minum. Juga bantuan dana buat pembayaran lapangan. Semuanya bakalan dibalas ma yang Kuasa.

Sabtu, 20 Desember 2008

IELSP-Failed to America Part 2

Seberapapun besarnya usahaku untuk tidak terlalu larut dalam perasaan kecewa ini. Dan seberapapun usahaku untuk tetap tegar. Toh, tetap aja tak bisa kupungkiri kalo aku sedikit banyaknya terpukul. Kesalahan mendasarnya adalah, karena dahulu aku berharap banyak pada test ini. Berharap lolos, berharap bisa ke Amrik, dan serba berharap yang lainnya.

Bukan karena faktor jealous pada temen. Karena terus terang, aku respect banget ma Ramon dan Jusni. Bagiku ini bukan sekedar lucky factor doang. They deserve to get this chance kok. Apalagi mereka memang mengirimkan seritifikat yang lebih banyak ketimbang aku. Dan hal itu yang mungkin jadi titik penentu jatuhnya pilihan kepada mereka. Itu menjadi bukti kalau mereka adalah anak yang aktif.

Aku jadi teringat dosen aku yang bilang kalo ngedaftar yang beginian, sehabis wawancara kita lupain aja. Kalau memang kita dapet, maka dia gak akan lari kemana-mana. Soalnya, semua yang lulus wawancara pasti pintar dan berharap kalau dirinyalah yang lulus.

Yeah, And now, I lose my mind. Looks like I am the foolish body on this world. Such as a loser. Don’t know what I have to do. Screaming in the silence and waiting for the miracle which never comes.

Jumat, 19 Desember 2008

IELSP-Failed to America

Setelah lama menunggu, akhirnya keputusan lolos tidaknya ke Amrik akhirnya ketahuan juga. Sayang, hasilnya jauh dari yang aku harapkan. Alhasil, aku gagal ke Amrik. Jangan ditanya gimana perasaanku saat itu. Serasa malaikat yang selama ini selalu memberiku motivasi entah terbang kemana. Sedih

Aku jadi teringat masa-masa sulit waktu ngurus beasiswa ini. Mulai dari ngisi formulir, pontang panting nyari dosen yang mau ngasih tanda tangan, Kirim berkas sambil hujan-hujan, uang pegiriman yang gak cukup, ikut antrian panjang buat ngedapatin ketikan surat keterangan masih kul, kehilangan surat keterangan kul yang udah ditandanganin, ikutan tes ITP TOEFL, samapi FD yang harus kena serangan 753 virus trojan gara-gara terlalu sering online iinternet buat ngedapatin trick dan bocoran soal wawancara. Dan kesemuanya itu harus diakhiri dengan satu kata. GAGAL

Namun setidaknya, ada 2 teman aku yang lulus dari UIN. Ada Jusni ma Ramon. Mereka yang bakalan ngerasain gimana rasanya menghabiskan waktu 2 bulan di Amrik. Yah, Tuhan memang telah menggariskan semuanya. Ini yang namanya Takdir.

Bagi aku, ini kegagalan yang kedua kalinya yang aku rasakan saat berusaha untuk ke luar negeri. Tapi entah kenapa, sebuah perasaan di dalam hati muncul. Suatu perasaan yang menuntut untuk tidak terlalalu larut dalam kesedihan. Seakan ada hal lebih besar yang menunggu dibalik semua ini.

Mengharapakan keajaiban??? Kayaknya susah. Namun aku mulai sadar. Jalan ke sana tidaklah mudah. Saatnya untuk kemudian lebih bersungguh-sungguh mencari beasiswa lagi. Yeah, I am getting closer to get there. Sedikit lagi

Rabu, 17 Desember 2008

IELSP-Road to America Part 7

Minggu ke dua setelah proses wawancara. jantung semakin berdebar. Dag dig dug gak karuan. Apalagi kalau melihat dari pengalaman peserta terdahulu yang ngatain kalo pemberitahuan tentnag lulusnya diberitakan melalui telepon di minggu ke dua setelah wawancara.

Posisi hp selalu siaga 1. Apalagi di waktu pagi sampai sore hari. Gak heran kalau tiap ada yang nelepon, hati kecil selalu berharap no Jakarta. Begitu seterusnya. Rasa-rasanya jantung selalu aja kepingin copot tiap ada orang yang nelpon. Kaukah itu pembawa khabar baik bagiku????

Cek, email dan browsing di internet pun hampir tiap hari. Temanya gak jauh-jauh dari upaya dapat bocoran ataupun hasil pengumuman IELSP batch 6. Tapi tetap aja hasilnya masih nihil. Belum ada kejelasan, belum ada pengumuman.

Sempat jadi minder juga saat temen ngomong kalau kemungkinan yang lulus dari UIN cuman ada 2. Hanya Thi'ah ma Jusni. Padahal aku lagi ada pas temenku lagi ngomong. Terpaksa deh cuman tersenyum-senyum kecut aja. Namun dalam hati berharap kalau yang lulus itu aku.

Sumpah, aku tidak akan berhenti berharap. Selama asa itu ada, maka pamrih itupun akan tetap ada.

Jumat, 12 Desember 2008

IELSP-Road to America Part 6

Menunggu udah barang tentu merupakan hal yang paling gak diingankan ma kita semua. Apalagi, kalau yang kita tungguin bukanlah suatu hal yang pasti. Hal yang sama aku rasakan setelah ngikutin ujian wawancara ke Amrik. Berhubung pengumumannya melalui telepon, maka gak heran kalu hamper tiap saat handphone yang aku punya selalu stand by disampingku.

Mau ke kamar mandi kek, mau makan kek, mau nyuci motor kek, intinya si hp harus ada disekitar aku. Soalnya, agak takut juga kalo nanti pihak dari Jakarta nelepon terus mau ngasih tahu kalo aku lulus, tapi aku gak angkat-angkat telepon. Belum lagi tiap ada yang telepon, harapannya selalu aja nomer dari Jakarta. Lucu banget, padahal lulus nggaknya pun belum pasti.

Meskipun begitu, aku tetap aja berharap dan berharap, berdoa dan berdoa, tak lupa berkhayal dan berkhayal kalau-kalau aku yang nantinya lulus. Semoga.

Selasa, 09 Desember 2008

IELSP-Road to America Part 5

Akhirnya, waktu yang dinanti datang juga. Wawancara penentu bakalan ke Amrik atau nggak bakalan diadain. Pukul stengah 7 aku dah berangkat dari rumah. Secara, waktu testnya bakalin diadain pukul 8. Di UNHAS pula. Butuh waktu setengah jam lebih untuk bisa sampai ke sana dari UIN. Tak lupa, kucium ke dua tangan ibu ma bapak.

Untuk persiapan kayaknya udah matang banget. Udah sempat browsing di internet coba cari bocoran tentang materi pertanyaannya. Terus, nyari-nyari pelajaran tentang budayanya orang Amrik sana. Belum lagi konsultasi ma dosen-dosen lulusan luar negeri tentang tata cara berinterview yang baik. Intinya. Eye contact.

Latihan interview menggunakan Bahasa Inggris pun dilakukan berkali-kali. Gak peduli dimana. Di atas motor, pas mau bobo, habis sholat, sampai-sampai pas lagi beol pun latihan ngejawab soal interview tetap dilaksanakan. Intinya satu. Biar nanti bisa lolos ke Amrik.

Sampai di UNHAS wawancara belum diadain. Sempat kebingungan juga nyari-nyari pusat bahasa UNHAS. Gak lama kemudian, satu persatu peserta akhirnya datang juga. Kalo ditotalin mungkin ada 30an. Semuanya dari 3 Universitas. UIN, UNHAS, ma UNM.

Lama menunggu, sang interviewer akhirnya tiba. Baru datang, sang ibu langsung nasehatin kalo kita gak usah terlalu banayak berharap. Soalnya, pengalaman tahun lalu, yang dilulusin cuman satu orang. Namun aku tetap optimis. Biarpun satu orang, kalo yang satu itu aku, tentu saja aku senang.

Akhirnya, interview yang menentukan itu dimulai. Pas orang pertama yang udah diinterview keluar, semua langsung nyambut. Nanya-nanya soal pertanyaan yang diajuin. Dia cuman bilang kalo pertanyaannya simple-simpel aja. Bahkan kita diinterview pake bahasa Indonesia. Wah, wah, wah, tau begini mending aja latihan interviewnya pake Bahasa Indonesia.

Dan gilirankupun tiba. Dengan jantung dag did dug gak karuan aku masuk. Salam dulu sebelumnya. Sang ibu terlihat ramah. Dia nanyain nama, jumlah saudara, lalu kemudian cita-cita. Ditanya begitu, aku bilang kalo aku mau kerja di UN (United Nation). Sang ibu kemudin nanya lagi, apa kamu merasa sudah pantas untuk UN. Aku jawab kalo untuk saat ini aku masih belum pantas, namun aku udah berada dalam jalur menuju kepantasan tersebut.

Sang ibu juga nanya soal organisasi. Aku bilang aja kalo aku anggota BEM Fak. Tarbiyah di UIN Makassar. Terus, aku juga Ketua Umum GaZEBO UIN Basketball Team. Sang ibunya langsung bilang kalo setahu dia pemain basket tuh seharusnya tinggi tinggi. Kok aku nggak. Aduh bu, biar gak tinggi menjulang, kita tetap boleh main basket.

Tak lupa ibu bertanya soal masalah sosial yang terjadi di Makassar. Aku bilang masalah condemnation atau penggusuran lagi marak-maraknya. Virus Condemnation dari Jakarta udah melanda daerah Makassar juga.

Terakhir, sang ibu nanyain kalo aku punya pertanyaan buat dia atau tidak. Aku cuman bertanya soal seberapa besar kemungkinan aku lolos. Sang ibu tersenyum dan bilang kalo lolos tidaknya bukan ditentukan ma dia. Yang tentukan pihak dari Jakarta. Sekali lagi sang ibu bilang jangan berharap telalu banyak.

Keluar dari tempat interview dengan perasaan lega. Yang membingungkan, SK masih kuliah kok ga diperiksa. Padahal, usaha buat ngedapatin Sirat Keterangan masih kuliah ini bukan kepalang. Tapi biarlah. Yang terpenting, aku sudah melewati masa interview.

Dan pada akhirnya, interview hari itu berkhir juga. Langsung aja pulang ke rumah. Dalam hati ada perasaan lega. Setidaknya interview udah dilewatin. Sekarang, sisa nunggu deringan hp dari Jakarta yang mengatakan kalo aku lulus. Please God, I do hope it.

IELSP-Road to America Part 4

Gara-gara nilai TOEFL yang kita kirim waktu itu cuman Prediction Test, kita diminta pihak IELSP buat test TOEFL ulang. Kali ini bukan prediction lagi, tapi TOEFL ITP. Gak tanggung, kali ini testnya diadain di IDP. Plus ruangannya yang full AC.

Rasanya deg-degan plus senang. Soalnya, ini pertama kalinya kita bakalan ngikutin test TOEFL ITP. Apalagi pas dikonfirmasi di pihak IDP nya ternyata semuanya free of charge. Gratis bo. Hari gini dapet gratisan, siapa yang gak mau.

Yang ngagetin, pas waktu test, ternyata pesertanya semua anak UIN. Oya, aku juga baru tahu kalau ternyata si Nunu gak lulus. Berarti yang lulus berkas dari anak PBI 05 ada 4 orang. Aku, Thia, Jusni, ma Ramon. Terus, anak PBI 04 ada 2 orang. Chida ma Latif. Ada 1 lagi anak Ekonomi di Fak. Syari’ah. Namanya Sri.

Untuk test TOEL ITP nya ternyata gak gampang. Tapi gak susah-susah banget juga sih. Aku jadi ingat perkataan dosen di kampus. Katanya, TOEFL ITP bisa membuat kita muntah-muntah. Untung aja soalnya tadi gak sampai membuat aku muntah-muntah. Bisa-bisa. Aku disuruh ngepel seharian di IDP.

Ada kejadian unik pas kita menuju tempat test. Aku kena marah sama Tukbek. Daeng Tukang Becaknya marah karena Ramon gak naik ke becaknya. Secara, aku udah manggil duluan becak yang lain. Maaf deng, Reski udah diatur sama yang Kuasa.

Jumat, 05 Desember 2008

IELSP-Road to America Part 3

No body knows what will happen tomorrow. It will be a good thing, or the bad thing. Dan kemarin, aku sungguh gak tahu kalo hari ini bakalan terrible banget. Kenapa tidak, surat keterangan kuliah yang kemaren mati-matian kita urus, bahkan rela-relain nyium bau ketek hilang sudah. Someone stole it.

Aku gak bilang kalo ada orang yang gak setuju kalo kita ngurus beasiswa ini. Aku cuman mau bilang kalo ada aja orang di kampus aku yang gak bisa banget liat map bagus bin keren. Well, soalnya map yang aku pakai buat tempat SK yang bakalan ditandatanganin bukan harga 500 rupiah. Ini map pelastik bagus yang aku sendiri belum pernah melihat ada orang lain yang menggunakannya di kampus.

Sebagai akibat dari perbuatan bejatnya orang yang tak bertanggung jawab tersebut, Kita harus mengulang semuanya dari awal lagi. Aku, Thia, ma Ramon harus nyari tempat buat ngetik SK lagi, terus cari tanda tangan PD III lagi. Apesnya, tukang ketiknya super banget. Super lelet tentunya. Sampai untuk buat garis dalam SK aja bingungngnya setengah mati. So, dapat dipastikan kalo kami sendiri yang kemudian harus ngetik SKnya. Abis itu, barulah kita bawain ke PD III. Untungnya, untuk yang satu ini gak terlalu banyak masalah.

Cuman, ada satu hal yang sempat kelupaan. Kita masih belum sempat minta stempelnya. Kita baru sadar pas kantornya udah tutup. Untung aja ide genius aku muncul. I know what I have to do to solve this problem.

Memang bener kata orang, gak ada yang mudah untuk sebuah cita-cita. Harus ada usaha, usaha, dan usaha. Karena ditiap usaha pasti ada hasil. So, Keep on trying buddy!!!

Kamis, 04 Desember 2008

IELSP-Road to America Part 2

Dapat telepon lolos berkas ternyata bukan akhir. Ini justru jadi awal perjuangan sesungguhnya. Apalagi kalo ngingat kalo masih ada test wawancara yang kudu musti aku dan temen-temen lakukan Ahad nanti. Belum lagi, ngurus keterangan masih kuliah di kampus tercinta.

Untuk urusan ngurus surat keterangan masih kuliah ini yang pualing ribet. Soalnya, kita harus ke tempat rental computer dulu buat dibuatin surat keterangan masih kuliah yang nantinya bakalan ditandatanganin ama bapak Pembantu Dekan III.

Celakanya, kami ngurus bersamaan dengan dead line pengurusan beasiswa mahasiswa lainnya. Akibatnya, mahasiswa membludak di tempat rental computer terlengkap yang cuman ada satu-satunya di kampus UIN.

Kita sendiri harus ngehabisin waktu dua jam sebelum akhirnya mendapatkan kertas tersebut. Aku ma Ramon jadi mandi keringat di dalam ruangan yang dijejalin mahasiswa. Belum lagi bau ketek ma bau keringat dari mahasiwa lainnya yang juga turut antri selama dua jam. Membuat seni perjuangan ke Amrik makin terasa.

Gak sampai disitu. Yang membuat hati jadi dag dig dug gak karuan, karena dapet berita kalo yang lulus dari tiap Universitas itu cuman satu doang. Dengan kata lain, cuman satu orang dari kami berlima anak UIN Makassar yang bakalan lolos. Aku antara optimis dan apatis. Tapi jauh di dalam hati, aku berharap kalausemoga saja aku yang nantinya lolos. Please God. I have dreamed it since I was child.

Rabu, 03 Desember 2008

IELSP-Road to America Part 1

Antara percaya gak percaya, Konfirmasi kalo aku lulus seleksi berkas tahap pertama buat beasiswa 2 bulan ke Amrik akhirnya datang juga. Ga tanggung-tanggung, teleponnya langsung dari Jakarta. Seneng rasanya bukan kepalang. Untung aja saat itu masih sadar kalo terimanya di pinggir jalan raya. Kalo nggak, pasti udah teriak sana-sini karena girangya. Sampe-sampe, bulu-bulu aku sampai pada berdiri. Mungkin karena baru pertama kalinya aku dapet berita yang kayak ginian.

Nun jauh diseberang sana, sang bapak yang nelpon bilang kalo aku diminta buat ikutan test wawancara di UNHAS hari Ahad. Kalo gak salah jam 08.00 pagi. Berarti harus bangun pagi donk. Haruslah. Apapun tabakalan aku lakukan demi ke negerinya Mr. Obama.

Ternyata, bukan cuman aku loh yang dapat telepon dari jakarta. Ada beberapa orang lainnya yang juga ngerasain perasaan riang gembira sama seperti aku. Yang bikin seneng, beberapa yang lulus adalah temen satu angkatan aku. Anak Pendidikan Bahasa Inggris 05 di kampus UIN Makassar tercinta. Ada Ramon, ma Jusni. Yayang Thia juga lulus. Ga heran dong kalo rasa senangku jadi bertambah. I am so glad about this.

Senin, 01 Desember 2008

Strawberry kok Gak Manis

1 Desember sebenarnya hari AIDS se-dunia. Tapi untuk hari ini justru jadi hari yang berkesan banget. Soalnya, untuk pertama kalinya aku bisa makan buah strawberry yang bener-benar asli. Bukan lagi permen ataupun sirup yang punya rasa strawberry.

Sayangnya, aku harus kecewa berat saat mencicipi buah tersebut untuk pertama kalinya. Gak ada manisnya sama sekali. Justru ada rasa kecut-kecutnya. Jauh berbeda dengan apa yang aku bayangin. Seharusnya buah strawberry tuh buat pualing manis di dunia.

Kucicipi lagi untuk kedua kalinya. Ketiga kalinya, keempat kalinya, dan sampai berkali-kali, tetapi toh tetep aja hasilnya sama. Aku jadi agak nyesel beli strawberry. Tau begini, mending beli anggur aja yang rasanya udah pasti plus harganya yang lebih murah.

Tapi jujur aja, aku tetap nganggap strawberry sebagai buah termanis se dunia. Mungkin aja, strawberry yang aku makan hari ini udah kadaluarsa atau kelamaan. Atau mungkin aja, strawberrynya dipaksa masak sehingga gak manis. Yang terpenting, aku sudah pernah merasakan makan buah asli strawberry. Apalagi aku yakin, masih banyak orang Indonesia belum pernah merasakan strawberry yang asli. Biarpun itu yang rasanya kecut.

Bagaimana dengan kamu????

Kamis, 20 November 2008

Happy Birthday Buddy

Ahirnya 21. Gak terasa ternyata aku udah nambah usia lagi. Si orok yang 21 tahun lalu lahir pada tanggal 20 November kini udah hamper selesai kuliah. Dengan kata lain, udah banyak hal yang aku lalui di dunia ini. Yang jadi pertanyaan, sudah berapa karya yang aku hasilkan?

Dan untuk kedua kalinya dalam hidupku perayaan ulang tahunku diadain dngan kue tar. Kalo gak salah, Kue tar pertama aku dapat di usia 19 tahun, sedang kue tar kedua di usia 21. Aku harap masih ada tar selanjutnya. Entah di tahun ke berapa.

Makasih ku buat mereka yang udah ngerogoh koceknya buat ngebeliin kue tar buat aku.

Rabu, 19 November 2008

Kontras: Ada yang Demo, Ada yang Ngurus Beasiswa

Gara-gara isu kalo ada anak kampus lain yang ketembak ama bang polis, anak-anak di kampus ngadain demonstrasi sebagai bentuk solidaritas, mereka kemudian nutup jalan hingga mengakibatkan kemcetan sampai beberapa kilometer. Membuat banyak masyarakat terlambat sampai ketempat tujuan mereka. Serta membuat jengkel para sopir pete-pete yang lagi berusaha ngejar setoran. 

Puncaknya terjadi saat rombongan pengantar jenasah yang akan melintasi jalanan ikutan terjebak. Mereka marah lalu ngejar mahasiswa yang demonstrasi karena dianggap biang keroknya macet. Ga tanggung-tanggung, mereka ngejar mahasiswa sampai ke dalam kampus. Memecahkan kaca di pos satpam dan merusak beberapa motor. Entah siapa yang harus disalahkan.

Aku seendiri???? Justru sibuk di dalam kampus nyari tanda tangan dosen karena lagi ngurus short course ke negerinya Uncle Sam. Kontradiktif



Kamis, 06 November 2008

Obama Menang Aku Senang

Meski aku bukan orang Amerika, namun pemilihan presiden di Amerika tak pernah luput dari perhatianku. Siapa lagi kalo bukan Barak Obama. Sosok calon prsiden berkulit hitam yang pernah tinggal di Indonesia. Secara, aku orang Indonesia dan juga orang hitam. Meskipun teman bilang kalo aku bukannya hitam, tetapi gelap. Biarlah. Hitam dan gelap kayaknya beda tipis lah. 

Gak heran kalo aku ikut senang pas tahu kalo Obama yang jadi presidennya Amrik. Dia jadi presiden kulit hitam pertama di Negara adidaya tersebut. Dengan begitu, setidaknya terbukti kalo tirani rasisme kini telah hancur.

Saking senangnya, aku sampai nyari-nyari script victory speechnya obama di Internet. Lalu kemudian menghapalnya. Tujuannya sendiri aku gak tahu. Namun yang pasti aku senang dengan naiknya Obama. Mudah-mudahan aja pemerintahannya gak seperti pendahulunya Bush. Biar Amerika lebih terlihat bijaksana di mata dunia.

Change, Yes we can.

Jumat, 31 Oktober 2008

Antara Bule dan Guru Humoris

Ga ada yang menyangkal kalo masukin judul skripsi termasuk salah satu dari sekian banyak hal menyusahkann dalam kuliah. Bayangin aja, kalo mau jujur, kita harus nemuin sebuah judul yang berbeda dengan judul-judul yang pernah ada. Belu lagi jika seandainya judul kita dianggap gak qualified lalu kemudian ditolak. Sakit hatinya bukan kepalang. Meskipun begitu, banyak juga kok mahasiswa instan yang ngambil judul skripsinya hanya dari skripsi senior lalu dengan lihainya membodohi pihak akademik.

Hukum tolak menolak judul ternyata gak berlaku buatku. Dua judul yang aku ajukan semuanya diterima. Dengan kata lain, aku memiliki kebebasan untuk memilih judul mana yang aku ingin jadikan skripsi. 

Judul pertamaku adalah “The Comparison of Grammar Understanding between the Foreigners and the Students of Seventh Semester at English Department of UIN Alauddin Makassar“ rencananya, disini nantinya aku bakalan meneliti sejauh mana kemampuan orang bule dalam memahami grammarnya bahasa Inggris. Takutnya, jangan sampai orang Indonesia lebih memahami grammar bahasa Inggris ketimbang orang bule itu sendiri. Padahal itukan bukan bahasa kita. 

Terus buat judul yang kedua “A Study about Humorous Teachers in Promoting Students to Communicate in English Classroom“ Kalo untuk judul yang ini, aku mau meneliti pengaruhnya guru yang humoris dalam pengajaran bahasa Inggris. Kalo penelitinnya terbukti bahwa guru humoris lebih memberikan effect positif dalam pembelajaran, maka aku berharap jangan ada lagi guru yang kerjanya hanya bisa marah dan marah.

Minggu, 19 Oktober 2008

Dampak Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global melanda dunia. Di Amerika dan juga Negara lainnya. Termasuk aku. Kok bisa. Entahlah, namun yang pasti aku juga kehabisan uang. Sampai-sampai untuk nutupin biaya si kuning plus perut yang seringkali maunya makan di warung aku harus minjam uang. Atau boleh dikata, nyelundupin uang.

Uang yang dikumpul ma teman-teman buat ngebayar buku piracy, aku gunain untuk kehidupan sehari-hari buat sementara waktu. Sampai kemudian gak sadar kalo uang yang udah disalah gunakan mencapai 250.000 rupiah. Padahal buku yang dibajak udah selesai dan udah mau diambil.

Pusing, panik dan juga bingung aku dibuatnya. Dan satu-satunya cara buat menangani masalah krisis financial ini adalah mecahin celengan yang selama ini aku isi. Pastinya, semuanya kulakuin dengan sangat berat hati. Tapi mau diapa lagi, cuman ini satu-satunya cara buat menstabilkan keadaan ekonomi hidupku.

Dan ritual itupun dimulai. Kubuka celengan penuh harapan itu dengan bantuan sebuah pisau dapur dan sebuah batu. Hasilnya, segepok uang berserakan saat celengan itu telah terbuka. Harapan untuk bisa ngelunasin uang ahirnya sedikit banyak terobati.

Perinciannya: 
• 1 lembar Rp. 50.000,-  
• 7 lembar Rp. 10.000,-  
• 17 lembar Rp. 5.000,-  
• 5 lembar Rp. 1.000,-  
• 60 keping Rp. 500,-  
• 1 keping Rp. 200,- 
• 2 keping Rp. 100,-

Kalo ditotalin, semuanya berjumlah Rp, 240.300,- Uang segini sebanarnya masih belum cukup. Untung aja aku punya simpanan lain sebesar Rp. 20.000,-

Aku senang bukan kepalang. Namun di satu sisi harus sedih karena kehilangan uang yang udah lama aku simpan. Aku jadi kapok karenanya. So, Do not borrow any money till you are really in need.

Sabtu, 18 Oktober 2008

Kuliah, Kuliah lalu Cari Ruangan

Setelah sempat libur dan berpisah ke kampoeng masing-masing. Anak-anak kembali masuk kuliah lagi. Masuk ke kampus di mana kami seharusnya menjadi mahasiswa yang dituakan karena faktor semester kami.

Yang jadi masalah, jadwal yang dulunya cuman Jum’at-Sabtu ditambah menjadi Senin sore dengan berbagai pertimbangan. Namun karena pertimbangannya gak matang, kita gak dapat ruangan buat belajar. Memalukan, sekumpulan senior terpaksa kesana-sini buat nyari ruangan yang ujung-ujungnya gak ketemu juga.

Walhasil, pelajaran pun dilaksanakan di halaman. Dengan ditonton junior-junior yang lalu lalang. Beralaskan rumput dan beratapkan langit tampa white board buat menulis. Pelajaran pun dimulai.

Kita memang fleksibel. Belajar dimana pun kami mau.



Sabtu, 11 Oktober 2008

Kepuasan dari Sebuah Cerpen

Butuh kerja keras untuk bisa mencapai cita-cita dan harapan. Tak peduli siapapun orangnya termasuk aku. Dan pada akhirnya, saat kamu mendapatkan hasil dari apa yang telah kamu harapkan itu, sebuah kepuasan penuh makna akan muncul dengan sendirinya.

Hal yang sama aku rasakan sat ini. Akhirnya, kepuasan penuh makna itu terasa saat melihat cerpenku kembali dimuat di Koran Fajar. Namun sesungguhnya tidak mudah untuk mendapatkan kepuasan itu. Aku sampai harus menunggu berbulan-bulan. Dan memasukkan lebih dari 4 cerpen. Serta mengantarkan karyaku sebanyak 2 kali ke kantornya FAJAR.

Kalo ditotal, ini sudah ketiga kalinya cerpenku dimuat. Yang Telah Berlalu, Mahasiswa dan Cum Laude, I Love My Love. Besar harapan kalo kedepannya akan banyak cerpen-cerpenku yang akan dipublikasikan. Mudah-mudahan saja aku bisa menjadi seorang penulis. Aku hanya bisa berharap. Namun tetap Tuhan yang kemudian menentukan. 

No body knows what will happen tomorrow, because tomorrow is still a mystery



Rabu, 08 Oktober 2008

Jadi Pelatih, Siapa Takut

Alo sempat sms. Dia maunya ketemuan. Ada hal yang kepingin dibicarakan. Tapi dia maunya ga lewat telepoin. Oya, Alo itu ketua basket aku dua tahun yang lalu. Dia juga termasuk pendiri basket di kampus ini. Dengan kata lain Dia nenek moyangnya basket di UIN.

Kita janjian ketemu depan kampus abis tarawih. Cek per cek, ternyata dia dapat panggilan jadi guru honorer di Sidrap. Plus, jadi pelatih basket disana. Trus, kaitannya denhgan aku????

Ternyata, selama ini dia jadi pelatih basket di MTs. Model. Nah, karena dia dah mau pergi, aku diminta buat menggantikan. Aku kaget. Bukan karena tau dia melatih, tapi karena diajakin jadi pelatih. Lansung kebayang wajahnya Samuel L Jackson dalam film Coach carter.

Basket memang udah jadi bagian hidupku. Aku pernah bermimpi mau jadi pemain IBL, terus main di NBA. Sayang, skill ga ditunjang ma tinggi badan. Apalagi buat main di NBA harus punya tubuh super gede. Belum lagi prestasi yang pas pasan. Gara-gara gak pernah dapat team raksasa. So, prestasi basket haya jadi hanyalan. Tapi kalo seandainya aku jadi pelatih. Ceritanya mungkin lain lagi.

Tawaran jadi pelatihnya pun aku iyakan. Apalagi anak-anak yang aku bakalan juga pada baik-baik. So, kita tunggu aja prestasi aku jadi pelatih basket.

Jadi pelatih??? Siapa takut!!!



Sabtu, 04 Oktober 2008

Terekam di Hari Kemenangan

Hari raya aja belum, tapi sms permintaan maaf. Ini udah jadi kebiasaan sejak Hand Phone mulai ada dan Short Massage Service mulai marak. Jadi kita gak harus lagi ketemuan untuk ngucapin minta maaf. Memang, teknologi selalu memudahkan urusan kita. Menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Untuk lebaran kali ini, kalo gak salah aku mendapat 36 sms memohon maaf yang semuanya udagh aku maafin. Perinciannya, 1 sms dari yayang. 1 sms dari tante, dan 34 sms dari teman. Udah termasuk teman basket, teman jauh, teman dekat, dan sebagian orang yang digolongin teman.
Untuk sms keluarnya juga, aku ngirimin sms yang gak kalah banyak dengan redaksi yang berbeda-beda.

Untuk yayang redaksinya begini:
“Sayang, maafkan khilaf kata yang pernah terucap, Janji yang terabaikan, Utang yang tak terbayarkan, Cemburu yang berlebihan, Sikap yang menyakitkan, Kebohongan yang disengaja, Dan segala kesalah yang tak tersebutkan. I LOVE YOU”

Untuk anak basket redaksinya begini:
“Untuk shoot yang gagal, Ring yang rusak, Drible yang tak sempurna, Bola basket yang tak layak, Lapangan yang tak indah, Pelatih yang tak ada, Kuharap maafmu dihari yang suci ini. Sukses tuk BaZEBO”

Untuk mereka yang berbahasa bugis redaksin begini:
“Maddupa esso mapaccing madeceng. Sipakacinnoni ati sipakalebbi spakario sipikatau. Taddampengakka sininna luka werekkada nennia pangkaukangku”

Untuk Teman Redaksinya begini:
“Maafin ARIEF untuk lisan yang tak terjaga, Janji yang terabaikan, Hati yang berperasangka, Sikap yang menyakitkan, Mata yang jelalatan, Serta kejahilan yang menjengkelkan”

“Presiden udah. Gubernur juga udah. Tetangga apalagi. Sisa kamu yang belum udah. Padahal banyak hal yang mengharuskan aku memohon maafmu. Maafin aku ya"

“Tak mampu kurangkai kata indah seperti yang lainnya. Namun tak mau kumengambil karya yang lainnya pula. Tetapi satu hal yang ingin kukatakan. Memohon maafmu atas segala kehilafan”


Minggu, 28 September 2008

Dapet CD Baru

Lebaran selalu saja identik dngan hal-hal yang baru. Baju baru, celana baru dan perilaku yang baru. Dan hal semacam ini sudah menjadi keharusan dalam keluarga aku. Makanya tiap ahir puasa, ortu harus nyiapin uang extra buat mencukupi kebutuhan serba baru 8 orang anaknya. Meskipun sebenarnya, anaknya yang sudah dewasa sudah tak lalgi memetingkan baju baru di hari kemenagnan.

Dan kali ini, keidentikan tersebut tak lekang. Tak pelak, sebagai yang tertua, aku mendapat tugas buat mengantar ibu ke tempat perbelanjaan. Yah, tempat perbelanjaan yang selalu saja padat bukan kepalang menjelang lebaran. Apalagi kalo bukan PS dan PB. Eits, Jangan salah, PS bukan Planet Surf sedang PB bukanlan Point Break. Keduanya tak lebih dari singkatan Pasar Sentral dan Pasar Butung.

Sebagai balasan karena udah mau menemani, aku bias memilih barang baru yang kemudian dibayarnya oleh ibu. Tak perlu pikir panjang, langsung aja aku ngambil sekotak CD. Bukan Compact Disc, tetapi Celana Dalam. Wajarlah, Cd aku udah pada tua ditambah lagi CD yang satu ini agak unik, warnanya juga bervareasi. Bukan cuman hitam to’ atau biru to’. 

Dan senanglah daku dengan CD baruku.



Kamis, 25 September 2008

Aku Masih Ingin Terus Bermimpi

Palin enak kalo liburan pastinya baca-baca buku, atau tulisan yang udah di copy waktu ke warnet. Dan sampai juga ahirnya aku pada sebuah tulisan anak Bone. Namanya Dewiq dan dia saat itu sedang menuliskan tentang kotak ajaibnya. Intinya, Dewiq menceritakan tentang kenangannya yang dulu. Lalu di ahir, Dwiq mengatakan kalo dirinya tak mau bemimpi lagi. Karena kini dirinya tida muda lagi.

Aku sempat terdiam, tapi tunggu dulu. Aku juga sudah gak muda lagi. 20 tahun dan sebentar lagi akan berumur 21 tahun. Dulu, sempat pula kuberfikir kalo di umur segini aku sudah menghasilkan beberapa kreasi besar. Namun namanya semuanya masih sekedar mimpi. Tapi bukan berarti aku harus berhenti bermimpi, aku masih akan terus bermimpi.

Memang, banyak hal yang seringkali gak sesuai dengan kenyataan. Namun mimpi-mimpi setidaknya menjadi penyemangat untuk hidup. Disini, aku artikan mimpi sebagai anagan-angan dan cita-cita. Dan untuk yang satu ini, aku sudah sering gonta-ganti cita-cita.

Waktu SD dulu, aku sempat punya cita-cita jadi Dosen. Kalo orang cuman ingin adi guru, aku gak begitu. Aku ingin jadi Dosen. Kalo guru cuman ngajar siswa, tapi dosen ngajarnya mahasiswa. Jadi dosen bukan hanya sekedar guru tapi maha guru. Dan keinginan buat jadi dosen diinspirasi dari bokap. Dia dosen. So, wajarlah.

Enam tahun dipesantren membuat cita-citaku berubah. Satu yang aku sangat ingat. Saat ditanyakan masalah cita-cita. Dengan enteng aku menjawab aku mau jadi Menteri. Sekali lagi aku membuat cita-cita yang jauh di atas teman-teman sekelasku saat itu yang anehnya ada yang bercita-cita menjadi sopir dan tukang batu.

Nah, sekarang. Pas aku di akhir masa kuliahku. Semester buntut. Aku punya cita-cita berbeda. Dan semakin tinggi saja cita-cita itu. Aku ingin bekerja di UN (United Nation) orang disini menyebutnya PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa). Dan hal ini membuatku semakin jauh keatas uncak cita-cita dan mimpi.

Dosen ku bilang, “Bercita-citalah setinggi mungkin, biar nanti kalo kamu jatuh setidaknya kamu terjatuh tidak terlampau di bawah, setidaknya kamu jatuh kepertengahan”Benar juga kayaknya, kalo aku ga bisa kerja di PBB, ada kemungkinan kalo ditengah, ya syukur-syukur kerja di Luar negeri. Apa ga ajib tuh.

Aku tak lagi remaja. Aku mahasiswa semester VII. Namun aku kan terius bermimpi dan bermimpi. Tak peduli berapa umurku nanti. Namun aku tetap akan terus bermimpi.
I’ll keep on dreaming


Senin, 15 September 2008

Big Boys Don’t Cry

Anjrit. Ingin rusanya aku meneriakkan kata-kata ini sekeras mungkin. Meskipun sebenarya aku sendiri gak tahu apa makna dari kata ini. Tetapi kalo dikira-kirain, mungkin aja maksudnya anjing mencret. Maknanya??? Wah, itu aku ga tahu, Satu yang pasti, aku lagi jengkel banget kalo aku ngomomng demikian.

Kali ini, akupun jengel. Dan seperti biasaku ngomong macam itu lagi. Dan kali ini bukan skedar jengekl biasa. Aku menybutnyan kejengkalan luar biasa pada taraf over jengkel. Penyebabnya??? I lost my money. Yah, aku kehilangan uang.Ga tanggung-tanggung. Rp.500 ribu bos. Biar lebih keliatan banyak, aku meneyebutnya setengah juta. Entah kenapa, setengah juta kelihatannya lebih banyak ketimbang 500 ribu.

Hatiku hancur, apalaagi nilai 500 ribu bagi mahasiswa macam akau layaknya berniali jutaan rupiah. Yang membingungkan, aku gak tahu pati apa uang itu hilang atau jatuh, atau dicuri. Dan demi mendapatkan kembali uang yang begitu berharga itu, segala hal terpaksa aku lakuin. Mulai nanya kanan kiri, ngunjungin tempat-tempat yang sempat aku datengin sampai ngobrak-abrik kamar yang memang sedah terobrak-abrik.

Alhasil, I got nothing. Kamaar pecah berantakan namun uang belum juga didapetin. Aku nangis pas yayang nelpon nanyai soal uang ku. Ibu cuman bisa menghibur aku. Bokap lain lagi. Dia marah. Aku dicap orang yang gak teliti alias sembrono. Memang sih, kalo diingat-ingat, ini ketiga kalinya aku mgnhilangkan uang plus bareng. Sebelumnya, aku sempat ngehilangin uang pembayaran SPP waktu pesantren dulu, dan juga Hp kamera berwarna ku di lapangan basket.

Tapi nangis ga bakalan nyelesaiin masalah. Aku lelaki. Dan lelaki tidak seharusnya menangis dalan meyelasaikan masalahnya. Big Boy Don’t Cry.



Minggu, 14 September 2008

Kuliah Jumat Sabtu

Hari yang ditunggu dateng juga. Kita masuk kuliah lagi. Ketemu ma temen-temen yang lama gak ketemunya. Mulai dari yang mukanya nyebelin sampai yang nyenengin. Mulai dari yang timbangannya naik dua kilo sampai yang timbananganya turun 5 kilo. Belum lagi kebiasaan lama yang muncul kembali seperti ribut sana-sini macam mahasiswa baru padahal udah kakek neneknya mahasiswa. maklum semester 7.

Yang berbeda, kuliah perdananya kali ini di bulan puasa. Yang lebih berbeda lagi, pas tahu kalo masuk kulnya cuman pas hari Jumat-Sabtu. Senang banget karena kuliahnya cuman dua hari. Tapi yang sedihnya, kita semakin nyadar kalo ternyata kebersaman kita gak seintens dulu lagi. Jadi teringat saat pertama masuk. Sedih lagi. Hiks…

Kao aja waktu bisa diperlambat, maunya waktu diperlambat setahun ini. Biar kebersamaannya makin terasa. Biar kita sadari kalo sebenarnya kita beruntung bisa bertemu dan berteman. Bisa kuliah sama, susah sama-sama, kerja ujian sama-sama, ospek sama-sama, dijahilin ma aku sama-sama, dan ribuan sama-sama lainnya yang mungkin gak tertuliskan disini namun tertuliskan di hati masing-masing.

Namun boro-boro mau perlambat waktu, sebahaaian teman mulai nanya-nanya kapan mau masuki judul. Untungnya, di ruangan aku sendiri belum ada yang masukin judul. Entah kenapa, aku senang pas dengar kalo belum ada teman yang masukin judul. So, waktu bersama pasti makin lama lagi. Asyik.

Aku sendiri masih kebingungan mau masukin judul apaan. Cukup jalanin dulu waktu ini. Jalanin waktu kuliah yang cuman dua hari. Judul dibelakangin aja. Dengan sendirinya akan muncul kok. Aku yakin itu.

Jumat, 12 September 2008

Semua Mau Gratisan

Ada yang lain pas puasa kali ini. Teman-teman pada rajin ngebangungin dengan sms bermacam-macam bentuk. Sampai-sampai mereka yang gak punya pulsa pun ikut ngebangunin. Kok bisa? Soalnya telkomsel lagi ngebebasin biaya saat sms tiap pukul 12.00 sampai jam 06.00. Jadi gak heran kalo hal ini gak disia-siakan. Wajar, kita kan mahasiswa. Dimana-mana pasti suka yang gratisan.

Gara-gara virus sms gratis, tiap bangun sahur hp pasti dipenuhin sama inbox message yang masuk. Bahkan pernah samapi dapat sms masuk sampai 20 an lebih. Itupun belum termasuk sms yang datang belakangan. So, jadi deh ritual baca sms sebelum sahur dijadiin rutinitas baru. Sayangnya nih, tingkat kreatifitas temen-temen masih kurang. Masa sih, ada sms dari beberapa orang yang sama banget. Berarti cuman itu aja yang dikirim. Hari gini gak kreatif? Ke laut aje deh!!!

Yang lebih gokil lagi, ada teman yang sampai kumat sms gratis. Satu subuh bisa ngirim 10 sampai 15 sms. Mulai sms yang ngebangunin, sms persahabatan, sms yang butuh disebar biar gak kualat, sampai sms narsis yang memuji diri sendiri. Dasar manusia.

Tapi lama kelamaan ada yang bermasalah deh dengan jaringan. Mungkin karena banyak orang kepinginnya gratis, so tiap subuh ada ribuan sms yang berseliweran. Gak heran kalo kemudian susah buat terkirimnya, sedikit-dikit ditunda lagi. Dalam hati ada prasaan sedikit gembira, hal ini kayaknya perlu deh, biar temen-temen yang hobinya sms gratis melulu gak ngalamin penyakit Jempol Gajah. Jempolnya membesar gara-gara terlalu sering neken tombol hp.

Namun satu yang pasti, dengan sms gratis gini aku bisa dekat dengan teman-teman yang lain. Apalagi kalo ngingat kalo Ramadhan ini kayaknya bakalan jadi Ramadhan terahir buat kami sebagai mahasiswa. Aku jadi sedih. Kalo tahun depan ada sms gratis lagi, kirimnya sama siapa dong. Hiks….

Kamis, 11 September 2008

Ramadhan: Puasa, Tarawih, dan Kue

Bulan puasa akhirnya datang juga. Tarawih, Gak makan, dan tempat berbuka sudah pasti terbayang-bayang. Bagi kita mahasiswa, termasuk aku dan temen-temenku, puasa justru bulan dimana makan kue gratis jadi prioritas. Jadi gak heran kalo tiap bukanya pasti nyari mesjid yang jamuan buka puasanya euenak. Apalagi kalo jamuannya nasi kotak. Dijamin besok kami datang lagi.

Selain puasa, ritual tarawih pasti kudu wajib. Selain buat beribadah kesempatan buat ngecengin cewe jadi tujuan lain. Aku sendiri tahun ini punya program pribadi. Aku menyebutnya “Ramadhan, Le Tour de Mousqee”. Mungkin, hampir sama dengan “Tour de France”. Yang ngebedain, kalo tour de france tuh pake sepeda, maka disini aku pake motor. Selain itu, kalau tour de France tuh ajang balap sepeda di Negaranya Napoleon. Tapi kalo aku justru ngunjungin mesjid di kota Makassar selama Ramadhan.

Aku berharap, di bulan Ramadhan ini, tempat tarawihnya 30 mesjid di Makassar. Sama dengan jumlah malam tarawihnya. Jadi tiap malamnya nanti bisa berganti mesjid. Tujuannya sih, biar aku dapat pengalaman baru dan gak bosan di satu mesjid terus. Dengan begitu, besar kemungkinan kalo tarawihnya gak akan bolong.

Nantinya, tulisan tentang perjalananku bakalan aku bukuin. Dan tiap Ramadhannya akan begitu. Apalagi kalo nanti Ramadhannya di Amerika, Afrika, Eropa, Australia, atau Rusia, bahkan Arab. Wuih, bakalan jadi buku yang menarik. Untuk yang satu ini, sindrom penyakit hayalan tingkat tiggiku kumat lagi.

So, welcome Ramadhan. Puasa, Tarawih, kue, aku datang menjemputmu.

Selasa, 09 September 2008

Naik Gak Susah, Jalaninnya Yang Susah

Akhirnya, berbesar hati juga buat ngikutin kursus mengemudi mobil. Itupun setelah Beberapa kali dipaksa ma ortu buat latihan. Dengan hati setengah ihlas mengingat uang pembayarannya yang mencapai setengah juta, kuputuskan buat ikut kursus mengemudi.

Dasar orang yang buta dengan mobil, pas disuruh milih mobil yang bakalan dipakai latihan, milihnya mobil yang harus sama dengan yang ada di rumah. Celakanya mobil yang dinginkan full semua. So, jadi dongkol ma bingung sendiri. Orang ditempat kursus yang kemudian ngedukung untuk ambil mobil laen. Alasannya, mobil apapun kalo udah pintar pasti bisa. Masuk akal juga. Ahirnya pilih mobil lain. Itupun setelah sang ibu ngasih jaminan. “Datang sama saya kalo nanti kamu gak tau mobil lain” Ujarnya.

Ternyata naik mobil tuh gak susah. Eh, yang susah tuh mengemudikannya. Apalagi pas hari pertama diajar. Sering salah injak antara gas ma rem. Sekali-sekali juga langsung kepingin ngebut. Instrukturnya sampai marah-marah. “Jangan samain motor sama mobil. Ini beda”. Aku yang mendengar tentu saja mengiyakan. Ya iyalah, masa ya iya dong. Durian aja dibelah bukan dibedong.

Dan sejak saat itu aku mulai latihan mengemudi. Terbayang-bayang kemudian saat nantinya aku bawa mobil sendiri ke kampus. Euih, bakalaan jadi pusat pehatian tuh. Wajar aja, di kampus aku, mungkin belum ada mahasiswanya yang pakai mobil. Apalagi kalo dijurusan aku. Kayaknya aku nantinya jadi orang langka.

Enak banget berhayal yah. Pintarnya aja belum, hayalannya sudah setinggi langit. Biarin

Selasa, 02 September 2008

Bukan Sekedar Laper

Aku nulis ini pas lagi kelaparan. Lapar banget, sampai gak kuat nahan. So, solusi terbaiknya hanya satu. Harus makan secepatnya. Sayangnya, gak semudah itu, mau makan dimana??? Nggak ada yang gratis di dunia ini. Mana ada orang yang mau ngasih nasinya gratis. Mimpi di siang bolong kali.

Untung nya aku ingat kalo aku ada doi. Gak perlu berpikir lama, langsung aja sms doi. Bilangnya aku lapar dan mau singgah buat makan di rumahnya. Untuk lauknya nanti aku yang beli. Harga indomie instan kan gak sampai 1500. Sayang, sekali sayang, doi gak bisa nerima. Adenya belum pulang. Kalo cuman berdua, takutnya nanti ditanggapi negative ma tetangga. Dan laparku pun semakin menjadi.

Terpaksa harus ubah planning. Mondar-mandir dengan motor yang udah hampir ngadat karena gak ada bensin, akhirnya mutusin buat nyari warung bakso termurah. Belum sampai di depan warung, terlihat dari kejauhan kalo warungnya tertutup. Apes banget hari ini. Akupun semakin lapar.

Doi gak bisa, toko bakso termurah juga tutup. Harus gimana lagi. Terpaksa kita cari gorengan aja dulu. Nasinya nanti minta ma temen. So, uang 4000 ribu rupiah dibeliin tahu isi. Buat nasinya, aku sms beberapa teman. Sekali lagi, semua ngejawab kalo mereka gak dirumah. Dan perutku pun bernyanyi lagu kelaparan.

Usaha terakhir aku lakuin adalah kerumah temen yang cowok. Meski kemungkinannya kecil, tapi perut gak mau kompromi lagi. Dengan sisa tahu isi yang sebagiannya sudah dimakan, aku ke rumah temen cowok. Waktu sampai, empunya rumah gak ada. Cuman sepupunya aja. Gak pakai basa basi aku masuk ke ruang dapur dan syukurnya lihat nasi di dalam pemanas.

Tampa permisi, aku ambil aja nasinya. Dan sekali lagi terbukti kalo aku apes. Shit, nasinya basi. Terpaksa kumuntahin lagi. Lalu kusimpan kedalam pemanas. Sekarang, yang ada cuman sisa tahu isi. Mau diapa lagi. Gak ada jalan keluar lain. Au lapar dan mau makan. Meskipun itu dengan tahu isi yag sedikit.

Aku menulis ini, dan aku masih saja merasa lapar.

Rabu, 27 Agustus 2008

Mereka Yang di OSPEK. Kok Aku Yang Sewot

Udah jadi tradisi kalau penerimaan mahasiswa baru identik banget ma ospek. Tak terkecuali di kampusku. Meski ganti nama menjdi OPAK, tetap aja intinya adalah ospek, dan itu yang sangat aku tidak suka. Bukannya aku mau jadi pahlawan di siang bolong bagi mahasiswa baru. Ini semata-mata karena aku dendan lama ma perilaku senior.

Bayangin aja, dulu aku sampai disuruh nyium bangku yang ada tulisan fakultasku. Alasannya buat menimbulkan perasaan cinta ma fakultas. Sayangnya hal itu gak masuk akal buatku, Yang menyakitkan karena yang memaksa sambil maki-maki itu senior cewek. Aku jadi ill feel tiap ketemu dia.

Bukan cuman itu, kita nggak diberi waktu buat shalat. Plus hal-hal menjijikan lainnya seperti ngusap-ngusap ketek orang lain di siang bolong, sampai goyang-goyangin kepala di anunya temen. That’s why, aku jadi gak suka ospek.

Apalagi, pas aku tanyain temen, katnya ospek tuh perlu biar maba bisa naruh respect ma kita. Bullshit, tampa di ospek pun mereka bisa respect asal kita bisa menempatkan diri dengan baik. Justru dengan ospek aku pikir kalo mereka justru ada yang dendam. Aku yakin itu.

Wajar aja, kalo aku gak protes pas tau aku gak di masukin di kepanitian ospek. Gak seperti temanku yang seperti kebakaran jenggot pas tahu namanya gak masuk panitia. Wajarlah, itu tergatung cara memandang seseorang.

Kalo saja ospeknya diisi dengan hal-hal berguna dan masuk akal. Bukan acara ngumpulin biskuit ataupun rokok. Aku sih setuju aja. Tapi kalo macam tahun-tahun sebelumnya. Aku rasa wajar kalo aku yang sewot pas ngeliat maba di ospek.

Senin, 25 Agustus 2008

Ada Aku di 03

Ahirnya PPL juga. Jangan nanyakan masalah kepanjangannya. Aku gak tahu. Tapi bukan gak mau tahu. Namun satu yang pasti, buat mahasiswa di jurusan pendidikan macam aku diharuskan ngikutin PPL. Disana kita diperintahkan buat ngajar di beberapa sekolah yang mau nerima calon Oemar Bakri buat ngajar di sekolahnya.

Dan ternyata, sudah garis nasibku buat ngedapatin sekolah paling bergengsi dari sekian banyak sekolah yang ada di daftar list tempat sekolah yang jadi tujuan PPL. SMAN 03 Makassar. Perasaan bercampur aduk. Gak tahu, mau senang atau enggak. Kalo dibayangin, pasti bakalan susah ngajar disana. Plus, harus ngikutin semua peraturan disana yang super ketat.

Dan ternyata bener lo. Berbeda dengan sekolah lainnya. Untuk proses serah terimanya kita diwakilin ma Pembantu Dekan Fakultasku. Beda dengan yang lain yang diantar ma dosen. Namun yang dihawatirkan ternyata tepat. Buat RPPnya harus buagus.Harus datang pagi-pagi. Ikut upacara Senin pagi sampai upacara 17 Agustusan juga harus diikutin. Jadi kepingin teriak.Waa..aaa…aaaa....aaaaa

Untungnya nih, ada kantinnya yang uenak banget. Kalah deh kantin di kampus aku. Keramik bro. Terus, aneka makanannya juga lengkap. Mulai dari pangsit, bakso, ice cream sampai nasi goreng Jakarta nya ada. Dan seperti biasa, Makan adalah prioritas. Makanya langsung aja nyobain makanannya. Eunak benar. Dalam hati aku berjanji. Kepingin nyobain semua makanan di toko ini sebelum masa PPL berakhir.

Dan sejak saat itu. Aku menjadi warga SMAN 03 atau smaga. Aku ada di smaga. Bergaul dengan murid di sana. Dan kepingin dikenang di sana. Harapanya nanti bakalan ngeluarin buku pengalaman aku di smaga buat kenang-kenangan. Biar yang mengenang bukan cuman mba kantin. Coz hampir pasti tiap datangnya makan di kantin.

I Hope so.

Selasa, 19 Agustus 2008

Melebihi 12 Warna

Jadi wartawan, ups mahartawan ternyata itu ada enak juga enggaknya lo. Enggaknya aja yang didahuluin. Pulang tengah malam. Laper di siang bolong, gak ada basket di sore hari, dan sedikit waktu ketemu doi. Tapi semuanya bisa diakalin kalo kita nikmatinnya dengan enjoy. Jadi ingat iklan rokok. Gak makan, enjoy aja. Pulang tengah malam. Enjoy aja. Gak ketemu doi. Enjoy aja.

Terus enaknya, bejibun lah. Bakalan buanyak temen yang kita dapetin. Banyak komunitas, Dapet minuman gratis dan banyak hal baru yang bakalan ngisi hari-hari kamu. Bayangin aja, gue akhirnya nyadarin kalo banyak cewek cantik di dunia ini pas lagi liputan di SMA Kachak Makassar.

Aku juga sempat bertemu ma sebuah komunitas olahraga ekstrim yang nyebut dirinya SSSA atau South Sulawesi Skateboard Association. Yang menjadikannya lebih seru soalnya orang yang aku wawancarain belogat minta ampun. Gue gue. Elo elo. Aku sampai kehabisan bahasa dan okkots sana sini gara-gara gak mau kelihatan gak tahu bahasa gaul. Santaimaki Ces. Kisessaka mallogat itu kaue.

Pernah juga nih, pada suatu malam orang di kantor suruh liputin warung makan yang buagus di Makassar. Syaratnya, lantai keramik, banyak pengunjung, dan strategis. Dan malam itu juga berangkat ma temen. Sampai tengah malam gak dapet-dapet toko yang mau. Toko yang gak mau buanyak. Ditolak sana, ditolak sini. Bayar parkir sana bayar parkir sisni, and makan hati sana makn hati sini.

Kepingin pulang takut dimarahin. Lagian nanggung nih. Masa gak dapet-dapet. So, diputusin nyari terus toko makanannya. Sampai ahirnya dapet kue lopis dengan gerobak kecil di pinggir jalan. Lopis tuh semacam kue khas Indonesia. Campuran beras ketan, kelapa ma gula merah. Yang mana kue macam ini udah hamper punah. Nah,Daripada gak dapet, mending yang ini aja. Lebih baik telur hari ini daripada ikan besok pagi

Nama penjualnya Pak De. Bukan Pak Ce, Pak Be, atau Pak Te.Waktu ketahuan kalo kita mahartawan, Pak De gembira. Nyerocos sana-sana. Promosiin lopisnya yang gak pake formalin, pengawet, dan juga zat pewarna. Pas difototoin, eh pak De juga ikutan bergaya. Gak lupa dia mau lihat hasilnya pas tiap take gambar.

Itu semuanya baru awal. Buanyak banget pengalaman yang nantinya bakalan didapetin. Setidaknya ngebuat kita merasa beruntung terlahir di dunia ini. Memaknai bahwa hidup ternyata penuh warna. Lalu menjadikannya semakin berwarna. Melebihi dua belas warna yang kupelajari di SD tempoe doloe.

Selasa, 29 Juli 2008

Mahartawan

Gak ada kejelasan tentang cerpen aku di FAJAR. Bayangan uang 100.000 perlahan memudar. Entah lari kemana. Dan libur pun dijalani seperti biasa. Tulis, Nonton, Ngenet, Tulis, Nonton, Ngenet, Tulis, Nonton eh Ngenet lagi. Lagi, lagi dan lagi sampi ahirnya aku jadi mahartawan.

Oya, pasti kamu udah tahu kalo wartawan itu apaan. Ya iyalah. Masa ya iya dong. Ressa aja herlambang. Bukan Herlandong. Nah kalo wartawan itu kerjaannya kan cari berita kanan kiri atas bawah. Terus kalao mahartwan tuh apaan. Apa dedengkotnya wartawan?? Sama halnya dengan Mahasiswa yang merupakan dedengkotnya siswa. Nggak ada hubungannya seeehhh.

Semuanya bermula pada suatu hari. Lupa tepatnya tanggal berapa. Teman ku Hasbi sms nawarin jadi wartawan di salah satu media di kota Makassar. Ragu, itu pasti. Apalagi yang bilangnya Hasbi. Mana ada tuh orang yang mau nerima kita yang gak punya dasar apa-apa. Tapi karna gak enak ma Hasbi. Terpaksa ngikut aja.

And the news is right man. Ada majalah baru yang bakalan mau nerbit. Majalah bulanan yang konsennya ke teenager gitu. Karena baru, maka dia cari orang yang siap kerjasama. Buat jadi wartawannya dia.Dan dengan setengah hati aku ikut aja. Mungkin aja aku nanti jadi sukses jadi wartawan. Maybe, maybe yes maybe no!!!

And you know what??? Hal pertama yang harus aku liput justru agak criminal gitu. Kasus pembunuhan. Bukan pembunuhan kambing tetangga ataupun pembunuhan ayam bapak guru. Gak maen-maen, kasus pembunuhan seorang mahasiswa. Kok bisa dimuat di majalah yang ngejurus ke remaja sih. Soalnya nih, korban saat itu meninggal karena dibunuh sama pacar mantannya.

Kalo cuman liputan sih gak papa. Tapi ada embel-embelnya. Kekampusnya, ketemu teman-teman akrab ma dosennya, ke kosnya ketemu sahabat-sahabatnya, dan juga ke kantor polisi ketemu ma pihak yang berwijab.

Dan dengan berbekal motor plus id card pers aku mulai debutku sebagai mahartawan. Mahasiswa sekaligus wartawan



Sabtu, 19 Juli 2008

The Naked Traveler sampai Harian FAJAR

Dua hari yang lalu adik ku kembali dari Jakarta setelah mengikuti lomba Hifdzil Al-Qur’an 15 Juz. Meski tidak juara, dia sering bilang kalo dia dapat pengalaman baru. Setidaknya untuk pertama kalinya dia bisa naik pesawat terbang. Gratis lagi. Bandingkan dengan saya yang hingga di umur 20 puluh tahun bahkan tak pernah sekalipun naik pesawat terbang. Tapi ga papa, rejeki orang siapa yang tahu. Bisa jadi, justru saya yang nantinya bakalan pogek (baca: bosan) naek pesawat. Sekali lagi, “Rejeki orang mana ada yang tau”. Ujarku membesarkan hati.

Terlepas dari aku kalah cepat naik pesawat ketimbang ade’, berita bagusnya, ade’ membawakan aku oleh-oleh buku yang sebelumnya memang sudah aku pesan sama dia. Judulnya “The Naked Traveler”. Anehnya, meski namanya oleh-oleh, toh aku tetap harus membayar biaya bukunya sebesar Rp.38.000. Yang membuat aku seneng, soalnya buku ini belum ada di Makassar. Aku udah sempat muter-muter keliling mall dan toko buku tapi ga dapat-dapat. Ditambah lagi aku memang sangat penasaran ma buku ini, soalnya banyak banget blog yang merefrensikannya untuk segera di baca.

Akhirnya, setelah memiliki waktu, aku mulai membaca buku tersebut dengan satu tekad tentunya. Baca sampai habis. Ga tanggun-tanggung. Malam itu juga satu buku aku habiskan. Resikonya, aku sampai ga tidur sampai subuh hari karena bukunya selesai di baca jam 4:30 subuh hari. Gara-gara keasyikan membaca, aku sampai shalat Isya nya jam 3:30. MasyaAllah. Biar ga ngantuk, secangkir Good Day freeze yang seharusnya dihidangkan dingin, aku hidangkan panas sebagi pengganti kopi. Untuk music penggiringnya, TV tetap aku nyalain meskipun aku ga nonton, plus suara ngorok adek yang lagi pada tidur di depan tv. Sungguh mengganggu.

Sumpah, bukunya bagus banget. Banyak hal menariknya. Serasa kepingin jadi Backpacker yang bisa jalan-jalan ke Eropa. Biar kere asal ke luar negeri. Cas cis cus bahasa Inggris sekaligus bertemu teman dari negara lain. This is my dream during I was in Elementary School. Tapi sekali lagi masalah klasiknya muncul. Uangnya dari mana. Yang lucunya, ada 2 kata yang sering ditulis dalam buku tersebut. Visa dan Passport. Sangat familiar memang. Tapi sumpah, aku ga tahu fungsi dan cara membedakan nya. Katro.

Ada yang menarik dari buku ini. Meskipun cantik dan gantengnya seseorang itu relative, tetap aja ini bisa jadi bahan pertimbagan. Buat para cewe yang kepingin cari cowo, datang aja ke Italia. Soalnya, cowo disana katanya ganteng-ganteng. Ga peduli kuli bangunan atau pegawai kantoran. Tapi disaranin gak usah ke Brunei, bakalan nyesal deh. Trus buat cowonya datang ke Prancis aja, karena giliran cewenya yang rata-rata cakep. Untuk urusan keseimbangan antara yang cantik ma yang cakep, Puerto Rico temptnya. Tahukan, Puerto Rico??? Itu tuh negara yang salah satu tempat pariiwsatanya adalah pohon pisang. Dunia memang aneh.

Walhasil, aku baru tidur pukul 5:30, setelah terlebih dahulu shalat shubuh dulu tentunya. Untungnya, bangunnya gak kesiangan. Pukul 07.00. Hebat. Satu yang lansung aku cari, bukan sarapan pastinya. Koran Fajar. Dan sayangnya kami ga berlangganan koran itu. Dengan kepala berat aku keluarkan yellow submarine ku dari rumah. Awalnya kepingin jalan kaki aja buat nyari koran. Tapi ga jadi. Ada motor kok kepingin jalan kaki. Macam mana pula lah kau.

Di kios aku langsung ambil koran fajar. Bukan Karena hari ini ada berita hangat.Aku cuman mau lihat apa cerpen ku dimuat hari ini. Biasa, kalo cerpen terbit pasti ada komisinya. Aku menyebut nya jurus jitu buat dapetin duit. Jadi penulis tuh memang eunak. JK. Rowling, Habiburahman el-Shirazy hingga Andrea Hirata sudah merasakannya.

Ga perlu nunggu lama. Habis bayar biayanya, lansung aku buka di tempat. Cari kolom cerpennya. Dan nemuin cerpen dengan gambaran orang obesitas (baca;gemuk) sebagai ilustrasinya. Ini bukan ceritaku, nama pengarang nya juga bukan namaku. Dongkol, tapi ga mungkin marah. Ini juga gak enaknya jadi penulis, ga selamanya tulisannya diterima penerbit. Sekali lagi, Rowling juga pernah merasakannyanya. Entah dengan Kang Abid ma Bang Andrea Hirata.

Dengan wajah cemberut plus masam bin jengkel aku balik ke rumah. Korannya tetap dibawa. Rencana awal beli 3 koran kalo cerpen dimuat dibatalin. Harus nunggu satu minggu lagi. Sabtu depan pengin beli fajar lagi. Satu Koran tampa cerpen. 3 koran kalo ada cerpen. Harapan terbesarnya, Semoga minggu depan, ada cerpen ku di koran FAJAR.

Kamis, 17 Juli 2008

Kaya Mendadak

Seperti sore-sore sebelumnya, kalo jam udah nunjukin setengah lima, sudah saatnya aku siap-siap pergi maen basket. Sesaat sebelum berangkat, Ibu manggil sambil senyum-senyum. Ternyata, uang dari Bumiputra udah keluar. Jumlahnya sekitar 2.000.000 lebih. Jata buatku sendiri sebesar 1,9 juta. Tapi itupun udah syukur banget. Sayangnya, belum keluar dari kamar, ibu udah wanti-wanti agar uangnya dipakai buat kursus mobil. Lucu, soalnya kita sendiri ga punya mobil.

Tapi ibu udah ngebet agar aku bisa pintar belajar mobil. Siapa tau aja nanti ada mobil. Sebagai anak saleh aku nganggukin. Saat itu juga lansung nelepon tempat kursus mengemudi ternama di Makassar. Namanya juga ternama, pasti biayanya bikin kuping sakit ma jantung berdegup. Dimana-mana juga demikian. Mau sekolah, rumah sakit, biaya pesawat sampai rumah makan, kalo mau yang bagus ya harus bayar mahal. Budaya bangsaku.

Ga maen-maen. Biayanya sekitar Rp. 540.000. Dengan jumlah pertemuan sekitar 15 hari. Bandingkan dengan biaya kul ku per semester yang hanya Rp. 400.000 dengan jumlah pertemuan sekitar 5-6 bulan atau sekitar 150 hari setelah di diskon karena ada hari libur. Jadi kepikiran, ada bagusnya jadi guru mengemudi aja. Gajinya jauh lebih besar dari pegawai. Wajarlah, modalnya juga lumayan besar. Harus punya mobil plus siap rugi kalo kendarananya ditabrakin ma murid. Orang bijak bilang: Mau mancing Ikan besar, Umpannya juga harus yang besar.

Berita bagus soal uang ga berhenti sampai di situ. Habis maen, dua orang temen sms, plus doi yang nelepon. Katanya beasiswanya udah keluar. Lansung cek di ATM. Sayangnya, yang bikin kuping kepanasan pas denger jumlahnya. Cuman Rp.543.000 dari yang seharusnya Rp. 1,2 juta. Harus ada penjelasan nih. Kalo enggak, pasti bakalan ada demo lagi.

Habis magrib. Lansung tancap gas motor cari ATM BNI terdekat. Pas di cek, Ternyata benar. Uangnya cuman Rp.540.000. Ga apalah. Itupun sudah syukur. Satu yang aku rasakan, ternyata narik uang dari kartu ATM pribadi itu rasanya agak lain. Ada aura kesombongan nya pas diliatin ma orang luar pas keluar dari ATM bawa duit lumayan banyak. Entah ma orang lain. Namun yang pasti aku rasakan begitu. Mungkin karena baru pertama kali. Norak, tapi biarin.

Terlepas dari situ, satu yang pasti saat ini. Aku jadi kaya mendadak. Entah bagi orang lain. Tapi bagi mahasiswa seperti aku, uang Rp. 1,9 juta dari Bumiputera plus Rp. 540.000 dari Beasiswa DEPAG. Membuatku aku serasa menjadi jutawan. Nyamanna.

NB: Akhirnya bisa merasakan narik uang dari kartu ATM sendiri di umur yang ke-20.

Rabu, 16 Juli 2008

And The Story's Began

Apa yang kemudian ada dalam pikiran mu jika sendainya kamu adalah mahasiswa semester 6 yang sebentar lagi akan menamatkan kuliahmu??? Apakah tentang skripsi, pekerjaan, lanjutin kuliah lagi biar gak dicap pengangguran, pengen cari beasiswa supaya dapat gratisan, atau bahkan kepingin melangsungkan pernikahan bersama dengan kekasihmu???? Satu yang pasti, sebuah kebimbangan akan ketidak jelasan.

Itu yang aku alami, kamu alami, mereka alami dan ribuan mahasiswa lainnya alami. Terombang ambing dalam ketidakjelasan dan kebimbangan akan kelanjutan hidup. Pasti ge enak banget kan. Sangat ga enak. Apalagi setelah melewati masa 3 tahun yang begitu menyenangkan. Makan gratis, uang saku gratis, bensin motor gratis, tempat tinggal gratis dan hampir semuanya gratis. Yah, setidaknya gratis dari orang tua.

Namun kemudian kamu tersadar, sudah bukan lagi saatnya kita harus terus terbuai mimpi. Ini dunia nyata yang segalanya tidak akan gratis lagi. Liat aja kenyataan nya. Bahkan untut jatah pantat pun harus bayar kan. Buang air besar 1000 buang air kecil 500. Begitu yang selalu ada di depan toilet. Entah tahun berapa nantinya, kentut pun harus bayar. Edan

Berangkat dari situ, aku jadi merinding membayangkan ada apa setelah aku akul nanti. Apa aku akan bergabung dengan ribuan mahasiswa lainnya yang yang tiap tahunnya menanti kapan lagi ada pengangkatan pegawai negeri??? Atau mungkin aku bakalan belajar lebih keras lagi di luar negeri, dengan biaya gratis??? Atau aku pilih untuk menikahi Thia, kekasih yang selama hampir dua tahun ini menjadi bagian dari hidupku??? Tapi uangnya dari mana.

Aku sangat sadar, kalo bukan saja aku yang mengalaminya. After Graduated Sydrome, begitu aku menyebutnya. Menjadi sarjana itu tidak mudah. Apalagi kalo ga punya kerja. Sarjana haruslah punya kerja, Itu kata orang kampoeng. Kalo ga punya, buat apa jadi sarjana. Tau begini, mending sawah peninggalan nenekmu ga perlu dijual untuk menjadikan mu sarjana tampa kerja.Itu untuk mereka yang dikampung dan yang jual sawah. Untungnya, orang tua ku ga menjual sawah agar aku bisa kuliah. Mau jual sawah dimana??? Sawah memang kita ga punya.

Akan ada seribu satu masalah yang akan muncul pastinya. Dan akan seribu satu cara pula untuk menghadapinya. Begitu yang selalu aku pikirkan. Entah menjadi apa aku nantinya, asalkan aku dapat hidup bahagia dengan masalah yang harapku semuanya dapat teratasi, ditambah aku dapat hidup dengan layak setelah kuliah. Bahasa kerenya, Badai Pasti Berlalu.

Satu tahun kayaknya ga bakalan terasa lama. Tapi yang pasti, aku ingin satu tahun dari sekarang aku bisa lulus kuliah. Harapan terbesar ku, melanjutkan yang gratisan di luar negeri. Maksudnya, aku kepingin kuliah lagi. Amerika dan Eropa akan menjadi tempat yang dimana gratisan itu berlanjut. Meskipun sampai saat aku mengetik tulisan ini, aku masih ga tau jurusan apa yang akan aku ambil.

And this story’s began…….!!!!!

konro soup project /

My Colorful Life

My Colorful Life