Dua hari yang lalu adik ku kembali dari Jakarta setelah mengikuti lomba Hifdzil Al-Qur’an 15 Juz. Meski tidak juara, dia sering bilang kalo dia dapat pengalaman baru. Setidaknya untuk pertama kalinya dia bisa naik pesawat terbang. Gratis lagi. Bandingkan dengan saya yang hingga di umur 20 puluh tahun bahkan tak pernah sekalipun naik pesawat terbang. Tapi ga papa, rejeki orang siapa yang tahu. Bisa jadi, justru saya yang nantinya bakalan pogek (baca: bosan) naek pesawat. Sekali lagi, “Rejeki orang mana ada yang tau”. Ujarku membesarkan hati.
Terlepas dari aku kalah cepat naik pesawat ketimbang ade’, berita bagusnya, ade’ membawakan aku oleh-oleh buku yang sebelumnya memang sudah aku pesan sama dia. Judulnya “The Naked Traveler”. Anehnya, meski namanya oleh-oleh, toh aku tetap harus membayar biaya bukunya sebesar Rp.38.000. Yang membuat aku seneng, soalnya buku ini belum ada di Makassar. Aku udah sempat muter-muter keliling mall dan toko buku tapi ga dapat-dapat. Ditambah lagi aku memang sangat penasaran ma buku ini, soalnya banyak banget blog yang merefrensikannya untuk segera di baca.
Akhirnya, setelah memiliki waktu, aku mulai membaca buku tersebut dengan satu tekad tentunya. Baca sampai habis. Ga tanggun-tanggung. Malam itu juga satu buku aku habiskan. Resikonya, aku sampai ga tidur sampai subuh hari karena bukunya selesai di baca jam 4:30 subuh hari. Gara-gara keasyikan membaca, aku sampai shalat Isya nya jam 3:30. MasyaAllah. Biar ga ngantuk, secangkir Good Day freeze yang seharusnya dihidangkan dingin, aku hidangkan panas sebagi pengganti kopi. Untuk music penggiringnya, TV tetap aku nyalain meskipun aku ga nonton, plus suara ngorok adek yang lagi pada tidur di depan tv. Sungguh mengganggu.
Sumpah, bukunya bagus banget. Banyak hal menariknya. Serasa kepingin jadi Backpacker yang bisa jalan-jalan ke Eropa. Biar kere asal ke luar negeri. Cas cis cus bahasa Inggris sekaligus bertemu teman dari negara lain. This is my dream during I was in Elementary School. Tapi sekali lagi masalah klasiknya muncul. Uangnya dari mana. Yang lucunya, ada 2 kata yang sering ditulis dalam buku tersebut. Visa dan Passport. Sangat familiar memang. Tapi sumpah, aku ga tahu fungsi dan cara membedakan nya. Katro.
Ada yang menarik dari buku ini. Meskipun cantik dan gantengnya seseorang itu relative, tetap aja ini bisa jadi bahan pertimbagan. Buat para cewe yang kepingin cari cowo, datang aja ke Italia. Soalnya, cowo disana katanya ganteng-ganteng. Ga peduli kuli bangunan atau pegawai kantoran. Tapi disaranin gak usah ke Brunei, bakalan nyesal deh. Trus buat cowonya datang ke Prancis aja, karena giliran cewenya yang rata-rata cakep. Untuk urusan keseimbangan antara yang cantik ma yang cakep, Puerto Rico temptnya. Tahukan, Puerto Rico??? Itu tuh negara yang salah satu tempat pariiwsatanya adalah pohon pisang. Dunia memang aneh.
Walhasil, aku baru tidur pukul 5:30, setelah terlebih dahulu shalat shubuh dulu tentunya. Untungnya, bangunnya gak kesiangan. Pukul 07.00. Hebat. Satu yang lansung aku cari, bukan sarapan pastinya. Koran Fajar. Dan sayangnya kami ga berlangganan koran itu. Dengan kepala berat aku keluarkan yellow submarine ku dari rumah. Awalnya kepingin jalan kaki aja buat nyari koran. Tapi ga jadi. Ada motor kok kepingin jalan kaki. Macam mana pula lah kau.
Di kios aku langsung ambil koran fajar. Bukan Karena hari ini ada berita hangat.Aku cuman mau lihat apa cerpen ku dimuat hari ini. Biasa, kalo cerpen terbit pasti ada komisinya. Aku menyebut nya jurus jitu buat dapetin duit. Jadi penulis tuh memang eunak. JK. Rowling, Habiburahman el-Shirazy hingga Andrea Hirata sudah merasakannya.
Ga perlu nunggu lama. Habis bayar biayanya, lansung aku buka di tempat. Cari kolom cerpennya. Dan nemuin cerpen dengan gambaran orang obesitas (baca;gemuk) sebagai ilustrasinya. Ini bukan ceritaku, nama pengarang nya juga bukan namaku. Dongkol, tapi ga mungkin marah. Ini juga gak enaknya jadi penulis, ga selamanya tulisannya diterima penerbit. Sekali lagi, Rowling juga pernah merasakannyanya. Entah dengan Kang Abid ma Bang Andrea Hirata.
Dengan wajah cemberut plus masam bin jengkel aku balik ke rumah. Korannya tetap dibawa. Rencana awal beli 3 koran kalo cerpen dimuat dibatalin. Harus nunggu satu minggu lagi. Sabtu depan pengin beli fajar lagi. Satu Koran tampa cerpen. 3 koran kalo ada cerpen. Harapan terbesarnya, Semoga minggu depan, ada cerpen ku di koran FAJAR.
0 komentar:
Posting Komentar