Apa yang kemudian ada dalam pikiran mu jika sendainya kamu adalah mahasiswa semester 6 yang sebentar lagi akan menamatkan kuliahmu??? Apakah tentang skripsi, pekerjaan, lanjutin kuliah lagi biar gak dicap pengangguran, pengen cari beasiswa supaya dapat gratisan, atau bahkan kepingin melangsungkan pernikahan bersama dengan kekasihmu???? Satu yang pasti, sebuah kebimbangan akan ketidak jelasan.
Itu yang aku alami, kamu alami, mereka alami dan ribuan mahasiswa lainnya alami. Terombang ambing dalam ketidakjelasan dan kebimbangan akan kelanjutan hidup. Pasti ge enak banget kan. Sangat ga enak. Apalagi setelah melewati masa 3 tahun yang begitu menyenangkan. Makan gratis, uang saku gratis, bensin motor gratis, tempat tinggal gratis dan hampir semuanya gratis. Yah, setidaknya gratis dari orang tua.
Namun kemudian kamu tersadar, sudah bukan lagi saatnya kita harus terus terbuai mimpi. Ini dunia nyata yang segalanya tidak akan gratis lagi. Liat aja kenyataan nya. Bahkan untut jatah pantat pun harus bayar kan. Buang air besar 1000 buang air kecil 500. Begitu yang selalu ada di depan toilet. Entah tahun berapa nantinya, kentut pun harus bayar. Edan
Berangkat dari situ, aku jadi merinding membayangkan ada apa setelah aku akul nanti. Apa aku akan bergabung dengan ribuan mahasiswa lainnya yang yang tiap tahunnya menanti kapan lagi ada pengangkatan pegawai negeri??? Atau mungkin aku bakalan belajar lebih keras lagi di luar negeri, dengan biaya gratis??? Atau aku pilih untuk menikahi Thia, kekasih yang selama hampir dua tahun ini menjadi bagian dari hidupku??? Tapi uangnya dari mana.
Aku sangat sadar, kalo bukan saja aku yang mengalaminya. After Graduated Sydrome, begitu aku menyebutnya. Menjadi sarjana itu tidak mudah. Apalagi kalo ga punya kerja. Sarjana haruslah punya kerja, Itu kata orang kampoeng. Kalo ga punya, buat apa jadi sarjana. Tau begini, mending sawah peninggalan nenekmu ga perlu dijual untuk menjadikan mu sarjana tampa kerja.Itu untuk mereka yang dikampung dan yang jual sawah. Untungnya, orang tua ku ga menjual sawah agar aku bisa kuliah. Mau jual sawah dimana??? Sawah memang kita ga punya.
Akan ada seribu satu masalah yang akan muncul pastinya. Dan akan seribu satu cara pula untuk menghadapinya. Begitu yang selalu aku pikirkan. Entah menjadi apa aku nantinya, asalkan aku dapat hidup bahagia dengan masalah yang harapku semuanya dapat teratasi, ditambah aku dapat hidup dengan layak setelah kuliah. Bahasa kerenya, Badai Pasti Berlalu.
Satu tahun kayaknya ga bakalan terasa lama. Tapi yang pasti, aku ingin satu tahun dari sekarang aku bisa lulus kuliah. Harapan terbesar ku, melanjutkan yang gratisan di luar negeri. Maksudnya, aku kepingin kuliah lagi. Amerika dan Eropa akan menjadi tempat yang dimana gratisan itu berlanjut. Meskipun sampai saat aku mengetik tulisan ini, aku masih ga tau jurusan apa yang akan aku ambil.
And this story’s began…….!!!!!
Itu yang aku alami, kamu alami, mereka alami dan ribuan mahasiswa lainnya alami. Terombang ambing dalam ketidakjelasan dan kebimbangan akan kelanjutan hidup. Pasti ge enak banget kan. Sangat ga enak. Apalagi setelah melewati masa 3 tahun yang begitu menyenangkan. Makan gratis, uang saku gratis, bensin motor gratis, tempat tinggal gratis dan hampir semuanya gratis. Yah, setidaknya gratis dari orang tua.
Namun kemudian kamu tersadar, sudah bukan lagi saatnya kita harus terus terbuai mimpi. Ini dunia nyata yang segalanya tidak akan gratis lagi. Liat aja kenyataan nya. Bahkan untut jatah pantat pun harus bayar kan. Buang air besar 1000 buang air kecil 500. Begitu yang selalu ada di depan toilet. Entah tahun berapa nantinya, kentut pun harus bayar. Edan
Berangkat dari situ, aku jadi merinding membayangkan ada apa setelah aku akul nanti. Apa aku akan bergabung dengan ribuan mahasiswa lainnya yang yang tiap tahunnya menanti kapan lagi ada pengangkatan pegawai negeri??? Atau mungkin aku bakalan belajar lebih keras lagi di luar negeri, dengan biaya gratis??? Atau aku pilih untuk menikahi Thia, kekasih yang selama hampir dua tahun ini menjadi bagian dari hidupku??? Tapi uangnya dari mana.
Aku sangat sadar, kalo bukan saja aku yang mengalaminya. After Graduated Sydrome, begitu aku menyebutnya. Menjadi sarjana itu tidak mudah. Apalagi kalo ga punya kerja. Sarjana haruslah punya kerja, Itu kata orang kampoeng. Kalo ga punya, buat apa jadi sarjana. Tau begini, mending sawah peninggalan nenekmu ga perlu dijual untuk menjadikan mu sarjana tampa kerja.Itu untuk mereka yang dikampung dan yang jual sawah. Untungnya, orang tua ku ga menjual sawah agar aku bisa kuliah. Mau jual sawah dimana??? Sawah memang kita ga punya.
Akan ada seribu satu masalah yang akan muncul pastinya. Dan akan seribu satu cara pula untuk menghadapinya. Begitu yang selalu aku pikirkan. Entah menjadi apa aku nantinya, asalkan aku dapat hidup bahagia dengan masalah yang harapku semuanya dapat teratasi, ditambah aku dapat hidup dengan layak setelah kuliah. Bahasa kerenya, Badai Pasti Berlalu.
Satu tahun kayaknya ga bakalan terasa lama. Tapi yang pasti, aku ingin satu tahun dari sekarang aku bisa lulus kuliah. Harapan terbesar ku, melanjutkan yang gratisan di luar negeri. Maksudnya, aku kepingin kuliah lagi. Amerika dan Eropa akan menjadi tempat yang dimana gratisan itu berlanjut. Meskipun sampai saat aku mengetik tulisan ini, aku masih ga tau jurusan apa yang akan aku ambil.
And this story’s began…….!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar