Pulang kampoeng adalah salah satu dari beberapa hal yang sesungguhnya tak ingin kulakukan. Bukan karena ku tak lagi mencintai tanah leluhurku, Bulukumba. Namun bagiku, pulang kampoeng sama halnya dengan kembali mengorek memori 10 tahun yang telah berlalu.
Memori itu seakan bermain dengan jelas di kepalaku saat kujejalkan kakiku di tanah leluhurku itu. Teringat bagiku sosok kecilku yang menghabiskan harinya di bawah terik matahari. Berkejaran di lapangan luas lalu bermain air di sungai bersama teman-temannya, sambil sesekali mandi bersama seklompok kerbau dan juga kuda.
Tak ada perubahan mendasar dari kampoeng ini. Jejeran rumah itu, sekolah tempatku mulai merenda mimpi awal, sekelompok pohon yang usianya jauh diatasku. Pohon Asam, jambu, bambu kuning, dan pohon-pohon lainnya. Ahhh….kampung ini masih seperti dahulu.
0 komentar:
Posting Komentar